JAKARTA - Indonesia menghadapi ancaman serius dari perubahan iklim yang semakin nyata. Direktur Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Hendra Gunawan, mengungkapkan bahwa berdasarkan data dari Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) dan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Indonesia mengalami peningkatan suhu rata-rata sebesar 0,03 derajat Celsius per tahun sejak 1981 hingga 2018. Selain itu, permukaan air laut juga terus naik sebesar 0,8 hingga 1,2 cm per tahun.
Menurut Hendra, kondisi ini menjadi ancaman serius, terutama karena 65 persen penduduk Indonesia tinggal di wilayah pesisir yang rentan terdampak. "Perubahan iklim bukan lagi ancaman di masa depan, melainkan tantangan yang sudah terjadi dan akan terus memburuk tanpa langkah mitigasi yang tepat," ujar Hendra dalam pernyataan yang dikutip pada Senin, 16 September 2024.
BACA JUGA:Jejak Pembunuh Nia Kurnia Gadis Pedagang Gorengan di Pariaman Mulai Terkuak
BACA JUGA:Menteri AHY Serahkan Sertipikat TORA
Hendra menambahkan bahwa Indonesia harus seimbang dalam menjaga keamanan energi, keadilan energi, dan keberlanjutan lingkungan untuk menghadapi perubahan iklim. Berdasarkan data World Energy Council, Indonesia menempati peringkat ke-58 dari 126 negara dalam indeks energi global, yang menunjukkan bahwa masih ada ruang untuk perbaikan.
Sebagai bagian dari komunitas global, Indonesia telah berkomitmen pada berbagai upaya mitigasi perubahan iklim, termasuk Paris Agreement yang bertujuan untuk menjaga kenaikan suhu global di bawah 2 derajat Celsius, dengan target optimal di bawah 1,5 derajat Celsius. Indonesia juga telah menetapkan komitmen nasional melalui Enhanced Nationally Determined Contributions (E-NDC) dan target Net-Zero Emission.
BACA JUGA:Kaesang Penuhi Panggilan KPK Soal Jet Pribadi
BACA JUGA:Sukabumi Diguncang Gempa, Seluruh Perjalan Kereta Api Daop 1 dan 2 Dihentikan
Hendra menekankan pentingnya efisiensi energi dalam upaya mitigasi perubahan iklim. "Kita punya amanah untuk menurunkan emisi pada 2030 sebesar 358 juta ton setara karbon. Langkah pertama yang bisa kita lakukan adalah efisiensi energi dengan target 37%," ujarnya. Langkah efisiensi yang dapat dilakukan meliputi manajemen energi, penggunaan peralatan rumah tangga yang efisien, penerangan jalan umum hemat energi, serta adopsi kendaraan listrik.
Upaya ini menjadi bagian penting dari strategi Indonesia untuk mengurangi dampak perubahan iklim sekaligus mencapai target pengurangan emisi karbon yang telah ditetapkan. (*/res)