Indonesia Resmi Bergabung dengan BRICS

Menteri Luar Negeri RI (mengenakan peci) saat menghadiri KTT BRICS di Kazan, Rusia, pada 22-24 Oktober 2024. -Foto: Kemlu RI-Eris

OKU EKSPRES - Keanggotaan penuh Indonesia dalam aliansi Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan (BRICS) membawa berbagai peluang sekaligus risiko ekonomi.

Menurut Tauhid Ahmad, Ekonom Senior di Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), bergabungnya Indonesia ke BRICS memberikan banyak manfaat ekonomi. 

Salah satu keuntungannya adalah peningkatan kerja sama perdagangan antara negara-negara anggota BRICS.

"Sebagai contoh, kita dapat memperoleh sumber daya alam, seperti minyak, dengan harga yang lebih kompetitif dibandingkan pasar global. Hambatan tarif maupun non-tarif yang sebelumnya ada bisa dinegosiasikan secara bilateral atau multilateral, tanpa harus selalu bergantung pada jalur WTO," ujar Tauhid seperti dilansir Diswa.id pada Rabu, 8 Januari 2025.

BACA JUGA:Antisipasi Virus HMPV Masuk Jakarta

BACA JUGA:MuhammadiyahTetapkan Puasa Ramadan 1 Maret 2025

Namun, Tauhid juga memperingatkan potensi gejolak ekonomi, terutama dari negara-negara Uni Eropa dan Amerika Serikat. 

"Pasar keuangan bisa mengalami ketidakstabilan, terutama bagi pelaku pasar dari negara-negara Barat, seperti AS dan Eropa, yang mungkin akan merasa terganggu," jelasnya.

Di sisi lain, Achmad Nur Hidayat, Ekonom dan Pakar Kebijakan Publik dari Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta, menyoroti risiko lain, yaitu kemungkinan perubahan fungsi BRICS. 

Menurutnya, aliansi ini berpotensi bergeser dari forum ekonomi, perdagangan, dan keuangan menjadi poros kekuatan militer baru yang dapat menantang dominasi Barat, khususnya AS dan NATO.

BACA JUGA:Ketua KPK Bertemu dengan Jaksa Agung

BACA JUGA:Kontraktor Tuntut Kejelasan Pembayaran Proyek

"Jika pergeseran ini terjadi, BRICS tak lagi sekadar mendukung pembangunan ekonomi, melainkan menjadi alat geopolitik yang dapat mengancam stabilitas global, terutama di tengah ketegangan antara kekuatan besar dunia," ungkap Achmad.

Transformasi BRICS menjadi kekuatan militer atau hard power juga berisiko memicu konflik baru, terutama dengan negara-negara Barat. 

Tag
Share