MUARADUA - Mulyadi (38), seorang warga Desa Bumi Agung Jaya, Kecamatan Buay Rawan, Kabupaten OKU Selatan, tetap konsisten mengelola kebun pisang meskipun sempat beralih menanam jagung.
Keputusan ini diambil karena kemarau panjang yang melanda beberapa bulan terakhir menghambat pertumbuhan jagung, membuat Mulyadi kembali fokus pada kebun pisangnya.
Salah satu alasan utama ia memilih kembali mengurus kebun pisang adalah karena harga jual pisang, terutama jenis Ambon, yang masih cukup tinggi, mencapai Rp 3.000 per kilogram.
Selain itu, panen pisang dapat dilakukan secara terus-menerus, bahkan setiap minggu.
BACA JUGA:New Life, Film Horor Indie 2023, Kini Hadir di Netflix UK
BACA JUGA:Penyiram Air Keras ke Polisi Jaktim Ditahan
"Dulu, kami memang memiliki kebun pisang, namun ketika harga pisang turun dan harga jagung naik, kami sempat beralih menanam jagung," kata Mulyadi, Minggu 1 September 2024.
Ia menjelaskan bahwa kemarau panjang membuat jagung sulit tumbuh, sehingga mereka memutuskan kembali merawat kebun pisang.
"Harga pisang Ambon kini mencapai Rp 3.000 per kilogram, pisang jenis Nangka Rp 8.000, pisang Muli Rp 1.000, dan pisang Raja juga cukup tinggi, meskipun panennya lebih sulit," lanjutnya.
Dari beberapa jenis pisang yang ada, pisang Muli dan pisang Ambon dikenal cepat panen, namun pisang Muli lebih mudah dijual.
BACA JUGA:Ditlantas PMJ Rekayasa Lalin Selama Kunjungan Paus Fransiskus
BACA JUGA:Dinkes Sebut 11 Orang Penyintas Mpox di Jakarta Telah Sembuh
"Pisang ini memiliki keunggulan karena dapat dipanen hampir setiap hari, berbeda dengan jagung yang hanya bisa dipanen sekali setelah ditanam. Pisang juga lebih menguntungkan karena tanaman ini tumbuh berkelompok," jelas Mulyadi.
Ia menambahkan bahwa permintaan pisang terus meningkat, terutama dari daerah seperti Palembang, Lampung, hingga Jawa, sehingga kebutuhan akan pisang tetap tinggi. (*)
BACA JUGA:Bawaslu Periksa ASN Lubuklinggau Diduga Tidak Netral dalam Pilkada