Bagi yang ingin mengetahui pokok-pokok sidangnya pun sudah ada bung Mirwan Mirza. Melaporkannya lebih cepat. Bung Mirwan tidak terikat deadline seperti saya.
Bagi yang ingin tahu lebih lengkap berterima kasihlah pada bung Agus Suryonegoro III --sampai menulis sepanjang 99 paragraf. Saya sampai geleng kepala.
BACA JUGA:Siapkan 740 Ribu Tiket KAI Untuk Libur Panjang
BACA JUGA:Garuda Delay, Kemenag Layangkan Surat Teguran
Pukul 08.30 antrean kiri bergerak. Saya hitung: 89 wartawan. Yang tua-muda-laki-perempuan imbang. Habis. Antrean kiri kosong. Otomatis muncul PHP baru: yang kanan pun akan segera bergerak.
Saya justru mulai realistis. Saya sudah tahu berapa jumlah tempat duduk di ruang sidang itu. Saya sudah masuk ruang sidang itu kemarinnya. Sudah saya hitung: delapan bangku panjang; kanan kiri; satu bangku tujuh orang; deret paling depan untuk bangku tunggu tim jaksa dan pengacara.
Tersisa... hitung sendiri. Lalu yang antrean kanan ini mau ditaruh di mana?
Saya mulai merancang skenario kedua: kalau gagal masuk ke sana harus pergi ke mana. Jadwal sudah saya kosongkan sehari itu.
BACA JUGA:Tips Memakai Dress Brokat Agar Tidak Terlihat Gemuk Saat Kondangan
BACA JUGA:Tips Mengolah Daging Agar Lebih Empuk
Saya tidak berani bikin janji dengan ustaz Shamsi Ali --ingin tahu pesantren besarnya di antara New York - Boston sudah seperti apa.
Sampai jam 09.00 belum ada kabar untuk antrean kanan. Wanita pirang di depan saya masih tidak henti-hentinya diwawancara wartawan. Dia memang menarik: membawa boneka tangan. Boneka Trump.
Waktu diwawancara seperti mulut boneka itu yang menjawab --mulut itu digerakkan oleh jari-jarinyi. Itu boneka bikinannyi sendiri. Khusus untuk menghadiri sidang Trump.
Beredar juga di antrean itu print out gambar-gambar lucu yang mengejek Trump.
BACA JUGA:Rafi AHmad dan Keluarga Berhaji Gunakan Jalur Haji Furoda
BACA JUGA:Anji Digugat Cerai Wina Natalia