Oleh: Dahlan Iskan
SEJAK ia ditahan, baru kemarin saya bertemu Alvin Lim. Ia sudah bebas. Putusan Mahkamah Agung yang membebaskannya.
Saya diajak makan malam: ciak po. Nasi abalon.
Saya datang agak telat. Sudah ada dua orang di situ. Yang satu seorang pengusaha besar Surabaya: umur 82 tahun tapi masih sangat sehat. Padahal gaya hidupnya beda sekali: baru mulai tidur pada jam 06.00. Sudah sejak muda begitu.
Satu lagi wanita kelahiran Fakfak, Papua, yang sudah lama jadi orang Jakarta. Namanyi: Linda. Dia aktivis Galaruwa. Alumni Akademi Sekretaris Tarakanita Jakarta tahun 1984. Dialah superfans Alvin Lim.
"Saya kagum dengan keberanian Alvin," ujar Linda.
Saat Alvin ditahan pun Linda sering menjenguk. Ketika pengacara pujaan Anda Hotman Paris Hutapea meragukan Alvin sakit, Linda ikut marah.
BACA JUGA:Pegadaian KUR Syariah Cabang Baturaja Dibuka, Tanpa Barang Jaminan
BACA JUGA:Curi AKI Bekas Rongsokan, 2 Pria Terancam Lebaran di Penjara
Waktu itu Alvin sakit berat. Ginjalnya gagal. Harusnya Alvin cuci darah. Tapi tetap ditahan.
"Berkat perjuangan Pak Eros Djarot saya dimasukkan rumah sakit. Bisa cuci darah," ujar Alvin sambil makan nasi abalonnya.
"Saya saksinya. Alvin benar-benar sakit sampai harus melakukan cuci darah," kata Linda.
Saya pun bertanya ke Alvin. Nasi abalon saya belum tersaji. Kalau bukan nasi abalon saya pilih tidak makan: baru saja buka puasa.
Karena abalon saya berbuka lagi. Bahkan juga pesan satu bungkus untuk makan sahur.
BACA JUGA:Berharap Keajaiban