BACA JUGA:Ulang Memori Manis
"Sekarang Anda tidak perlu cuci darah lagi?" tanya saya.
Alvin tidak segera menjawab. Ia langsung membuka kancing baju paling atas seragam pengacaranya: merah-hitam. Ia menunjukkan peralatan yang diperban menempel di dadanya.
"Masih harus cuci darah seminggu dua kali," ujar Phio, istri Alvin.
Phio-lah yang terus menempel ke Alvin. Ke mana pun Alvin pergi. "Saya harus kontrol makan minumnya," ujar Phio.
Dengan kondisi badan seperti itu Alvin tetap berjuang di lapangan hukum. Alvin adalah penemu kredo baru dalam penegakan hukum: No Viral No Justice.
BACA JUGA:Infinix Note 40 Pro+ Segera Diluncurkan di Indonesia, Cek Spesifikasi dan Harganya !
BACA JUGA:Resep Tumis Telur Tomat dan Caramel Latte Makanan Viral Mantap untuk Menu Sahur dan Berbuka
Alvin terus memompa semangat rakyat kecil untuk berani menuntut keadilan. Memang, katanya, tanpa uang dan koneksi pejabat tinggi sulit mendapat keadilan.
"Tapi jangan takut. Orang kecil kini punya senjata baru. Medsos. Viralkan di medsos," ujar Alvin.
Alvin hanya satu malam di Surabaya. Keesokan harinya ia harus balik ke Jakarta. "Saya harus bela Amy," ujar Alvin. "Tahu Amy kan?" tanya Alvin kepada saya.
Saya terdiam. Amy? Yang mana? Soal apa?
"Masak tidak tahu. Heboh sekali di medsos. Viral luar biasa," katanya.
BACA JUGA:Toni Kroos Batal Pensiun
BACA JUGA:Banyak Pemain Bintang Absen Bersama Timnas
Saya hanya bisa menerawangkan wajah ke langit-langit. Lalu memandang Phio. Memandang Linda. Memandang teman pembalik malam itu.