Garis Kemampuan

Senin 27 Oct 2025 - 22:35 WIB
Reporter : Gus Munir
Editor : Eris Munandar

"Saya lihat anak-anak saya suka donat," kata Bu Mul.

Dari situ Bu Mul lebih semangat jualan roti. Apa saja. Kemarin, kedatangan saya itu, dimanfaatkan untuk launching produk baru: Sultan Bluder Dea. Kini ratusan jenis bakery dihasilkan Dea.

"Dea itu nama anak bungsu saya," ujarnya.

Kini sang anak sudah punya anak. Dari tiga anaknyi Bu Mul punya enam cucu.

BACA JUGA:260 Disway

BACA JUGA:Disway Network dan B Universe Jalin Kemitraan

Di sela-sela dua hari kumpul ratusan pengusaha Tionghoa di Batu, saya sempat mengunjungi tiga UMKM. Tiga-tiganya berkembang pesat. Salah satunya akan saya tulis di lain waktu.

Berarti, sebenarnya di lapisan bawah pun banyak usaha yang bankable. Alasan bank sulit menyalurkan dana karena ekonomi lesu tidak sepenuhnya benar.

Tapi orang seperti Bu Mul tidak mau pakai kredit bank. Dia ekspansi dengan kekuatan sendiri. Semua outlet itu milik sendiri. Atau milik anak-anaknyi.

Cara berpakaian Bu Mul sangat syar'i. Pun ibunyi yang ikut hadir. Abaya dan kerudung sang ibu juga hitam. Rapat. Sang ibu sudah 80 tahun tapi masih sangat sehat.

Di layar promosi tertulis: "Dea, Roti Halal untuk Semua". Tidak hanya halal. Masih ada lagi kalimat: "Halal dan Thoyib".

BACA JUGA:Dahlan Iskan Harap Disway Group Bisa Jadi “Agama Baru”, Menpora Minta Dukung Program Olahraga dan Kepemudaan

BACA JUGA:Disway Gratis

Kalau "halal" berarti bahan-bahan yang dipakai tidak ada yang mengandung unsur haram, "thoyib" adalah cara mendapatkan semua bahan itu secara baik: tidak lewat cara curang, menipu, menyengsarakan orang lain, dan sebangsanya. Pun cara pengolahannya.

Lalu perusahaan Bu Mul mewajibkan karyawan "cuti khusus" dua minggu dalam setahun. Khusus untuk mukim di pondok. Memperdalam agama dan isi Al Quran. Secara bergilir. Bergantian.

Saya pun bertanya: "Apakah tidak mau ambil kredit bank itu lantaran takut riba?"

Kategori :