Oleh: Dahlan Iskan
OKU EKSPRES.COM- Abayanya hitam. Panjang. Sampai lantai. Kerudungnya hitam. Rapat. Menutup seluruh rambut. Kacamatanya besar. Modis.
Wanita ini seperti membantah bahwa usaha itu sulit. Dua tahun terakhir outletnya tambah 12 buah. Karyawannya terus bertambah.
Dia tidak mau ambil kredit bank.
Namanya: Mulyani Hadiwijaya. Dipanggil Bu Mul.
Usahanya: Dea Bakery.
Lokasinya: Kepanjen, Malang.
Kemarin saya berkunjung ke pabrik Dea Bakery. Tidak sendirian. Bersama saya 36 pengusaha kecil-menengah dari berbagai kota di Indonesia.
Disway Malang memang mengadakan "Business Adventure". Bukan ke Tiongkok tapi ke Malang dan Batu. Mereka berkunjung ke beberapa UMKM yang layak untuk jadi sumber inspirasi. Salah satunya ke Dea Bakery. Saya didaulat oleh Disway Malang untuk tur bersama mereka.
BACA JUGA:Disway Malang
BACA JUGA:Event Disway Mancing 2024, Wartawan TVRI Raih Juara 1
"Masak ke Tiongkok melulu," ujar Agung Pamujo, pimpinan Disway Malang.
Awalnya Bu Mul membuka toko di sebuah ruko di Kepanjen --tidak jauh dari stadion Kanjuruhan. Tokonyi sewa. Dia jualan bahan-bahan pembuat kue. Inilah toko Tbk pertama. Tbk di situ singkatan dari Toko Bahan Kue.
Lama-lama Bu Mul bikin kue sendiri. Dijajakan di depan toko Tbk-nya. Laris. Roti pertama yang dia jual adalah donat.
"Kenapa donat?"