Viral Anak Manusia Silver Dimarahi Ibu Diduga karena Tak Dapat Uang, Pemkab OKU Timur Bertindak

Kamis 17 Jul 2025 - 20:26 WIB
Reporter : Gus Munir
Editor : Eris Munandar

OKU EKSPRES.COM - Pemerintah Kabupaten OKU Timur bergerak cepat menyikapi beredarnya video viral yang memperlihatkan seorang anak menangis dengan tubuh dicat silver setelah dimarahi oleh ibunya karena tidak mendapatkan uang dari mengemis di jalan. Aksi itu memicu keprihatinan publik.

Video berdurasi 1 menit 21 detik tersebut memperlihatkan seorang anak dalam kondisi tertekan, hanya bisa menangis saat dimarahi sang ibu di tempat umum. Kejadian ini berlangsung pada Rabu, 16 Juli 2025.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Satpol PP dan Linmas OKU Timur, Ikra Sentana, S.STP., membenarkan bahwa peristiwa dalam video tersebut terjadi di wilayahnya. 

Menindaklanjuti hal itu, pihaknya langsung mengerahkan tim ke lokasi kejadian.

BACA JUGA:6 Eks NII di OKU Timur Kembali ke NKRI

BACA JUGA:Pembunuhan Brutal di Acara Orgen Tunggal, Polres OKU Timur Gelar Rekonstruksi

"Begitu kami menerima laporan dan melihat videonya yang menyebar luas di media sosial, tim kami segera turun ke lapangan. Kami berhasil mengamankan seorang anak di bawah umur yang menjadi manusia silver bersama ibu kandungnya yang ternyata ikut mengarahkan aksi tersebut," ujar Ikra.

Menurut Ikra, keberadaan manusia silver, terutama yang melibatkan anak-anak, sangat mengkhawatirkan. 

Selain membahayakan keselamatan di jalan, hal ini juga mencoreng kenyamanan dan citra lingkungan kota.

"Ini adalah tanggung jawab bersama. Anak dan ibunya kami serahkan ke Dinas Sosial untuk mendapatkan pendampingan dan pembinaan lebih lanjut," lanjutnya.

BACA JUGA:Bupati Enos Ikuti Pembekalan PKN 2025, Dorong OKU Timur Maju dan Inovatif

BACA JUGA:PKK OKU Timur Luncurkan Kursus Bahasa Inggris Gratis untuk Siswa SD

Kepala Dinas Sosial OKU Timur, Hanafi, S.E., M.M., menyampaikan bahwa pihaknya telah memberikan pembinaan secara persuasif kepada ibu dan anak tersebut. 

Pemerintah juga menawarkan bantuan untuk tinggal di panti sosial jika memang membutuhkan tempat tinggal dan kehidupan yang lebih layak. Namun tawaran tersebut ditolak oleh yang bersangkutan.

"Kami tidak memaksa. Tapi karena mereka menolak tinggal di panti, kami pulangkan ke daerah asal mereka dengan syarat tidak boleh lagi melakukan aktivitas mengemis atau mengeksploitasi anak dalam bentuk apa pun," tegas Hanafi.

Kategori :