Saya memuji sikap Umar yang mampu menahan emosi dengan cara hanya diam memperhatikan apa yang diucapkan Khusnul Khotimah.
Wanita asal Sidoarjo ini sudah beberapa kali hadir di Hedon Estate milik drg David. Di situ memang sering diadakan acara deradikalisasi ekstremis.
"Antarkan saya bertemu Pak Marthinus Hukom," bisik Khusnul meraih telinga saya.
"Itu beliau ada di sana. Temui saja," jawab saya.
"Tidak berani," katanyi.
"Ayo, ikut saya."
Pak Marthinus bangkit dari sofa. Ia hentikan pembicaraan dengan tamu-tamu VIP. Ia rangkul Khusnul Khotimah. Ia dengarkan curhat itu. Puas. Khusnul sudah berhasil menyampaikan uneg-unegnyi.
BACA JUGA:Panen Capai 42.597 Ton, Polda Sumsel Jadi Motor Penggerak
BACA JUGA:Bisnis Sapi Irfan Hakim Diborong Artis
Khusnul Khotimah (kanan), korban bom Bali berbincang dengan Dahlan Iskan dan Komjen Marthinus Hukom (Kepala BNN).--
Marthinus adalah jenderal polisi bintang tiga. Asli Ambon. Istrinya orang Jombang yang lahir di Jakarta. Kini Marthinus menjabat kepala Badan Narkotika Nasional, BNN.
"Sudah lama kita tidak jumpa ya Pak," ujar Marthinus.
"Iya Pak. Hampir 15 tahun," kata saya.
Waktu itu Marthinus masih sangat muda. Pangkatnya masih mayor. Ia menjadi tim antiteror yang sangat andal –di bawah komando Jenderal Gories Mere. Kami saat itu tergabung dalam satu misi ke Thailand. Ke ujung barat daya negeri itu. Ke dekat perbatasan Myanmar dan Laos. Daerah itu dikenal sebagai ''segitiga emas'' perdagangan obat bius.
Ibu Suri kerajaan Thai memang sedang mengadakan program besar deradikalisasi di wilayah itu. Tanaman opium diubah menjadi perkebunan makadamia.
BACA JUGA:Tampil Plontos, Ivan Gunawan Resmi Rampungkan Ibadah Haji 2025