Di negara berkembang seperti Indonesia, sistem pendidikan harus selalu memprioritaskan para murid yang tertinggal. Diperlukan mandat yang jelas tentang kebijakan pemerintah agar benar-benar memprioritaskan kurikulum serta pengajaran dengan berfokus pada mereka yang berpotensi tertinggal, kata dia.
Bukti konkret transformasi pendidikan nasional, salah satunya terlihat dalam penanganan pandemi Covid-19 lalu.
Pandemi Covid-19 telah memaksa sektor pendidikan bertransformasi secara cepat. Berdasarkan hasil Programme for International Student Assesment (PISA) 2022, dampak pandemi Covid-19 terhadap penutupan sekolah membuat banyak siswa di berbagai negara mengalami kemunduran belajar (learning loss).
Hal tersebut berdampak pada menurunnya rata-rata skor literasi membaca, literasi matematika, dan literasi sains internasional.
BACA JUGA:5 Film Drakor Paling Ditunggu di Awal Februari
BACA JUGA:Krisis Lini Serang, Barcelona Jalani Laga Berat
Kendati demikian, Indonesia berhasil mempertahankan skornya di tingkat rata-rata atau bahkan lebih baik dari rata-rata internasional.
Kemendikbudristek juga mengeluarkan sejumlah terobosan agar pembelajaran dapat tetap terlaksana dan menghindari terjadinya zero learning, di antaranya pembagian kuota internet kepada murid dan guru, diluncurkannya platform untuk saling berbagi praktik baik bagi para guru, pengadaan konten pembelajaran melalui saluran televisi, dan memberikan fleksibilitas ke sekolah dalam memanfaatkan dana BOS.
Menurut saya, yang paling berdampak adalah keputusan kami untuk menawarkan kepada semua sekolah agar melakukan kurikulum versi yang disederhanakan. Kini dapat dilihat bahwa sekolah yang menerapkan kurikulum yang disederhanakan atau kurikulum darurat, mengalami kemunduran belajar lebih sedikit, jelasnya.
Sementara itu, Kepala Badan Standar Kurikulum dan Asesmen Pendidikan (BSKAP), Anindito Aditomo, menyoroti keterkaitan antara hasil PISA dan Asesmen Nasional yang diterapkan di Indonesia.
Asesmen Nasional merupakan penilaian komprehensif tingkat sekolah yang dapat melengkapi hasil PISA. Ketika PISA memberi kita sebuah gambaran level nasional, Asesmen Nasional menunjukkan yang lebih spesifik dari hampir setiap sekolah di Indonesia, ujar Anindito dalam webinar yang sama.
BACA JUGA:Lawan Frosinone, Milan Lupakan Kegagalan
BACA JUGA:Gideon Tengker Laporkan Mantan Istri dan Anak ke Polisi
Selain mengukur hasil pembelajaran siswa dalam hal literasi membaca, numerasi, dan pemikiran kritis, Asesmen Nasional juga menilai berbagai aspek sekolah seperti iklim sekolah dan berbagai faktor risiko (seperti perundungan, intoleransi, kekerasan di sekolah), serta kualitas pengajaran.
Yang paling penting adalah kami memberikan hasil-hasil itu kembali ke sekolah dan pemerintah daerah. Kami menggunakan data sebagai umpan balik formatif untuk perencanaan tahunan. Hal tersebut kemudian bermuara pada perbaikan terus-menerus terhadap pengajaran dan pembelajaran, ujar Anindito.
Director for the Directorate of Education and Skills Organization for Economic Cooperation and Development (OECD), Andreas Schleicher, mengapresiasi langkah-langkah inovatif yang diambil oleh Indonesia dalam transformasi pendidikan, khususnya dalam penerapan Merdeka Belajar.