BACA JUGA:Inter Milan vs Napoli : 1-0
Itu tidak mungkin. Terlalu lama. Mana tahan. Padam seharmal saja ributnya sudah seperti greenflation. Apalagi tiga bulan.
Teguh merenung di dekat turbin. Memang harus dibongkar. Penutup turbin harus dibuka. Lalu turbinnya diangkat pakai crane. Teguh memikirkannya: turbin ini punya masalah di balancing.
Ia tahu prinsip balancing: beban itu dipindahkan dari benda yang keras dan kaku ke benda lain yang lebih ringkih. Maka terjadilah ketidakseimbangan di turbin.
Maka Teguh fokus ke cara menemukan balance tanpa harus membongkar total seluruh turbin. Teguh ingin menyebarkan beban itu agar tidak hanya ke bagian yang ringkih. Ia tempelkan logam-logam tambahan di beberapa titik.
Teguh berhasil. Dua hari kemudian turbin sudah bisa dijalankan lagi.
BACA JUGA:Panitia Pertandingan PSKC Bakal Swiping Suporter Sriwijaya FC dan Ber KTP Sumsel
BACA JUGA:Awasi KPPS Antisipasi Pemilu 2024
Teguh tidak tidur dua harmal. Begitulah anak muda. Fisiknya bisa tahan dengan beban seberapa berat pun.
Berhasil mengatasi Medan saya minta Teguh dimampirkan ke Jakarta. Kami akan mengucapkan terima kasih secara langsung. Tidak berhasil. Ia sudah ditunggu untuk menyelesaikan krisis listrik di tempat lain. Teguh pun kami nobatkan sebagai satu-satunya ahli turbin di PLN. Saat itu.
Belakangan karir Teguh terus menanjak. Terakhir Teguh mendapat jabatan sebagai direktur utama PT PJB Service. Saya sempat bertemu ketika sudah di jabatan itu. Yakni setelah selama 13 tahun tidak bertemu.
Bulan lalu, Teguh pensiun dari PLN. Akan ke mana?
“Istirahat dulu. Fokus menyelesaikan S-3," katanya.
Hari ini S-3 itu selesai. Teguh bergelar doktor mesin. Disertasinya bukan soal turbin. Judulnya: Simulasi Performa Pembangkit Listrik Tenaga Uap Menggunakan Computational Fluid Dynamics dan Gate Cycle.
BACA JUGA:Megawati Dikirim Jokowi Anggrek Ungu
BACA JUGA:Siap Hadapi Praperadilan Firli Bahuri