Mereka yang pernah mengalami gangguan makan seperti anoreksia nervosa, bulimia, atau binge eating disorder sebaiknya menghindari puasa.
Pembatasan makanan yang terlalu ketat dapat memicu kembali pola pikir serta kebiasaan makan yang tidak sehat.
Selain itu, puasa dapat memperburuk hubungan seseorang dengan makanan, menyebabkan rasa bersalah setelah makan, atau memicu perilaku makan berlebihan.
Bahkan bagi mereka yang sudah pulih, puasa tetap bisa menjadi pemicu yang berisiko, sehingga sangat disarankan untuk berkonsultasi dengan profesional sebelum mencoba berpuasa.
BACA JUGA:Pemain Eredivisie, Dean James Ungkap Alasan Gabung Timnas Indonesia
BACA JUGA:Usai Lebaran Rencana Pindah ke Dubai, Ivan Gunawan Belajar Bahasa Arab
6. Individu dengan Gangguan Pengaturan Gula Darah
Orang yang mengalami hipoglikemia atau resistensi insulin perlu berhati-hati saat berpuasa.
Hipoglikemia dapat menyebabkan gejala seperti gemetar, keringat dingin, lemas, hingga kehilangan kesadaran jika gula darah turun terlalu rendah.
Sementara itu, penderita resistensi insulin dapat mengalami lonjakan gula darah yang tidak terkontrol setelah berbuka, yang dapat memperburuk kondisi mereka.
Jika seseorang mengonsumsi obat atau insulin, puasa yang tidak dilakukan dengan benar dapat menyebabkan fluktuasi kadar gula darah yang berbahaya.
BACA JUGA:Paula Verhoeven Merasa Ada Perubahan Sikap Dari Anaknya
BACA JUGA:Modifikasi Efektif Turunkan Hujan
7. Penderita Tekanan Darah Rendah
Orang dengan tekanan darah rendah atau hipotensi sebaiknya mempertimbangkan ulang sebelum berpuasa.
Kekurangan cairan dan elektrolit selama puasa dapat memperburuk hipotensi, menyebabkan gejala seperti pusing, lemas, dan bahkan pingsan.