Tingtal Sebahu

Minggu 23 Feb 2025 - 19:45 WIB
Reporter : Gus Munir
Editor : Eris Munandar

"Kita langsung ke Nagesh?" tannyanya.

"Betul sekali. Langsung".

Bandara Makelle ini di pinggir kota Makelle, ibukota region Tigray. Ketika mobil mulai bergerak saya bisa melihat sebagian kota Makelle. Tentu jarang terlihat ada pohon. Kering. Debu tipis menyapu udara yang harusnya cerah.

Makelle kota miskin. Tapi terasa mulai berusaha bangkit. Banyak bangunan tinggi --sekitar 10 lantai. Beberapa bangunan baru berkaca dan berklading modern. Tapi bangunan lamanya masih lebih dominan.

Nantilah. Kembalinya dari Nagesh bisa melihat Makelle lebih dalam. Sekarang ke arah utara dulu. Lancar. Sudah tidak ada kesan ketegangan politik atau militer.

Saya beruntung. Sopir travel saya ini banyak tahu pergolakan di Tigray. Bahkan ia pernah ditahan. Satu tahun. Istrinya pun ikut ditahan. Bersama dua anak kecilnya: umur 4 tahun dan bayi enam bulan.

BACA JUGA:Harga Ikan Jelang Puasa Mulai Naik

BACA JUGA:Hujan Disertai Petir Bakal Dominasi Cuaca di Sumsel

Dari Makelle mobil langsung mendaki gunung. Gunung kering. Tidak bisa cepat. Banyak truk gandeng termehek-mehek di depan.

Ada truk gandeng berarti ada kegiatan ekonomi. Saya pun tahu: mengapa perjalanan ini harus dua jam. Bukan karena jauh. Jarak Makelle-Nagesh hanya 60 km.

Sesekali si sopir menggerakkan jari tangan ke tiga arah di dada dan dahi. Itu dilakukan setiap kali ia melihat ada salib di atas gereja. Ia penganut Kristen Ortodok. Itulah agama 99 persen suku Tigray yang sekitar 7 juta orang. Tigray dikenal sebagai penganut Ortodok terbesar di dunia.

Ia tahu Nagesh. Sudah beberapa kali mengantar tamu dari berbagai negara ke situ. Ia juga tahu Islam. Kebiasaan orang Islam. Tahu beberapa kata bahasa Arab. Bisa mengucapkan Assalamualaikum. Ia tahu di masa lalu pernah ada orang Islam mengungsi dari Mekah ke Nagesh.

BACA JUGA:Pengamat Sebut Ajakan Tarik Dana dari Bank Himbara Menyesatkan Masyarakat

BACA JUGA:Kenali Risiko dan Waspadai Kandungan Berbahaya dalam Lipstik

Di pertengahan jalan kami melewati satu kota. Menakjubkan. Di kanan kiri jalan penuh bangunan baru. Beton. Mangkrak. Dua lantai. Atau tiga. Empat. Lima. Struktur betonnya sudah jadi tapi baru setengah jadi.

Dari strukturnya terlihat itu adalah calon bangunan rumah. Perumahan. Masif. Ribuan rumah. Membentuk satu kota tersendiri. Kota beton yang mangkrak.

Kategori :