Oleh: Dahlan Iskan
Di Madinah ternyata tidak bisa sepenuhnya ibadah. Juga harus menulis artikel ini –kalau menulis tidak termasuk ibadah.
Sudah tidak bisa ibadah, tidak menerima bayaran pula. Ini bukan mengeluh –kalau mengeluh bahkan kian tidak dapat pahala.
Tentu saya tidak berhak memutuskan mana pekerjaan yang dapat pahala dan mana yang tidak. Yang penting niatnya baik -innamal a'malu binniyat.
Tapi tetap saja pukul 02.00 ingin ke masjid. Mumpung agak sepi. Bawa botol untuk pulangnya ambil air zamzam -agar yang menyediakan air jauh-jauh dari Makkah itu dapat pahala.
BACA JUGA:Jalan Rusak Parah Bikin Susah Warga
BACA JUGA:Latihan Tembak Tingkatkan Profesionalisme
Pulangnya saya lewat pintu gerbang masjid 333. Agak memutar tapi asyik. Daripada balik lewat pintu 266.
Anda sudah tahu, mengapa keluarnya lewat 333: di depan gerbang itulah terhampar New York Time Square-nya Madinah. Atau Nanjing Donglu-nya Shanghai.
Pukul 03.00 ''Time Square'' Madinah ini masih lebih menarik dari Time Square yang asli.
Pada jam yang sama. Di yang asli pada jam segitu yang terlihat hanyalah orang kumuh mabuk. Atau orang kumuh yang tidur bersandar ke toko yang sudah tutup. Ditambah sampah yang berserakan.
BACA JUGA:Tes Psikologis Perpanjangan SIM Ternyata Bayar?
BACA JUGA:Bagikan Sembako kepada Keluarga Warga Binaan
Di ''Time Square''-nya Madinah, jam segitu masih banyak orang wangi berlalu-lalang. Ada yang pulang dari ibadah personal di masjid. Banyak pula langkah-langkah orang yang menuju masjid.
Pun tidak semua toko tutup. Penerangan jalan dibuat begitu terang. Masih pula ada imbas cahaya gemerlap dari menara-menara masjid yang tinggi nan indah.