Tak Dimainkan, Ilkay Gundogan Ingin Hengkang dari Barcelona
Ekspresi kekecewaan Ilkay Gundogan dalam laga La Liga antara Barcelona vs Real Mallorca, Sabtu, 9 Maret 2024. -Foto: Joan Monfort/AP-Gus munir
BARCELONA - Kebersamaan Ilkay Gundogan dengan Barcelona tampaknya tidak bertahan lama.
Setelah bergabung dengan Blaugrana dari Manchester City pada bursa transfer musim panas 2023 sebagai pemain bebas transfer, gelandang asal Jerman-Turki ini hanya memperkuat Barcelona selama satu musim.
Kontraknya awalnya berdurasi dua tahun, namun Gundogan ingin pergi sebelum kontraknya berakhir, terutama setelah dia tidak dimainkan dalam kemenangan 2-1 Barcelona atas Valencia.
Pelatih Barcelona, Hansi Flick, enggan membahas masa depan Gundogan. Flick sengaja tidak memasukkan Gundogan dalam skuad untuk pertandingan melawan Valencia.
BACA JUGA:7 Manfaat Daun Lembayung untuk Kesehatan
BACA JUGA:5 Makanan yang Bisa Membantu Menurunkan Kadar Gula Darah
"Saya pikir dia akan menyelesaikan karirnya di Barcelona. Dia tidak dibawa dalam skuad karena merasa tidak enak badan. Saya sudah berbicara dengannya, tapi dia tetap bersama kami dan percakapan kami harus dirahasiakan," ujar Flick.
Meski demikian, laporan media Spanyol mengindikasikan bahwa Gundogan merasa tidak nyaman dan ingin mencari klub baru. Dia bahkan telah meminta staf pelatih untuk mencarikan klub yang berminat.
Beberapa klub dari Liga Turki dan Arab Saudi menunjukkan minat, dengan Fenerbahce menjadi yang paling aktif.
Klub yang dilatih oleh Jose Mourinho itu berusaha merekrut Gundogan untuk memperkuat lini tengah mereka setelah gagal lolos ke babak utama Liga Champions musim ini.
BACA JUGA:PKB Resmi Dukung Pasangan Enos-Yudha Maju Pilkada OKU Timur
BACA JUGA:Rayakan HUT RI ke-79 Gelar Jalan Santai Hingga Senam Massal
Media Turki melaporkan bahwa Mourinho, yang sudah lama mengincar Gundogan, siap membuat langkah besar dengan merekrutnya.
Gundogan, yang memiliki keinginan untuk bermain di Liga Turki karena hubungan keluarganya dengan negara tersebut, juga sempat terlibat dalam kontroversi dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada 2018, namun hal itu tidak berlanjut lama.