Disway Malang
Dirut Disway Malang Agus Pamujo saat berbicara di peluncuran Disway Malang di Malang Creative Center.-Foto: Disway-Gus munir
Tiga jam saya di panggung bersama mereka. Yang dibahas adalah soal pengelolaan keuangan UMKM. Terutama mengenai umur piutang. Termasuk bagaimana cara menagih piutang.
Dibahas juga soal kemandirian pengusaha kecil: jangan pernah menyandarkan harapan pada bantuan pemerintah. Atau bantuan siapa pun.
Yang menarik, tidak ada di antara mereka yang berkeluh kesah. Mungkin karena sebelum itu saya sudah menegaskan bahwa pengusaha tidak boleh mudah mengeluh.
Setiap persoalan harus diatasi. Dicarikan jalan keluar. Bukan untuk dikeluhkan. Orang yang banyak mengeluh bukanlah pengusaha sejati.
BACA JUGA:Trio vokal 3 Queens Luncurkan Single Terbaru Berjudul Orang yang Salah
BACA JUGA:Tak Hanya Sebagai Bek Andalan, Calvin Verdonk Juga Mahir Sebagai Pencari Bakat
Gedung ini menarik. Tidak didesain sebagai gedung perkantoran. Lantai-lantainya dibuat terbuka. Ruang-ruang kelas disediakan di salah satu pinggirnya.
Saya belum pernah melihat gedung seperti ini. Cocok untuk menampung kegiatan anak muda kreatif. Mungkin di Yogyakarta ada. Di bagian depan kampus Bulak Sumur Universitas Gadjah Mada.
Mungkin gedung itu kini sudah selesai dibangun. Tapi saya belum pernah memasukinya. Tidak bisa membandingkannya dengan MCC.
Ukuran gedung di UGM itu sangat besar. Megah. Namanya: Gelanggang Inovasi dan Kreativitas (GIK). Fungsinya sama dengan MCC: menampung segala macam kreasi yang terkait dengan ekonomi kreatif.
BACA JUGA:Hadapi Asutralia, Indonesia Bawa Kepercayaan Diri Tinggi
BACA JUGA:Pembangunan Pasar 16 Ilir Tetap Berlanjut
MCC dikelola Pemkot Malang. GIK dikelola UGM.
Di MCC banyak kursus-kursus bidang kreativitas.
Di GIK sering dilakukan kuliah umum yang terkait ekonomi kreatif.