Mazhab M&Q
Dahlan Isakan-Photo:istimewa-Gus munir
BACA JUGA:Ajak IGI Majukan Pendidikan di OKU Selatan
BACA JUGA:Sempat Beralih ke Jagung, Kini Konsisten Tanam Pisang
Saya tidak tahu bagaimana ”tone” di platform yang lain, misalnya FB, IG, atau Tiktok. Saya tidak terlalu memperhatikan percakapan di platform-platform tersebut.
2. Ada dua mazhab politik dalam melihat prahara Golkar saat ini secara khusus dan politik Indonesia secara umum. Saya ingin menamai dua mazhab ini dengan dua nama pengamat politik yang suaranya menonjol dalam beberapa tahun terakhir ini.
Pertama adalah Mazhab Saiful Mujani dan kedua Mazhab Muhammad Qodari.
Dua mazhab ini, menurut saya, sama-sama valid. Keduanya memperkaya cara kita melihat politik di negeri ini.
BACA JUGA:New Life, Film Horor Indie 2023, Kini Hadir di Netflix UK
BACA JUGA:Penyiram Air Keras ke Polisi Jaktim Ditahan
Tentu saja saya memiliki preferensi sendiri yang nanti akan menjadi jelas di ujung catatan ini.
3. Mazhab Saiful Mujani melihat dinamik politik Indonesia pasca Pemilu 2024 dalam dua kerangka. Keduanya sering dipakai oleh para Indonesianis dari Barat (terutama Amerika dan Australia) pada umumnya: yaitu (a) kerangka ”kemunduran demokrasi” (democratic backsliding/regression) dan (b) terjadinya kartelisasi dalam politik kita.
Inti Mazhab Saiful Mujani adalah: demokrasi Indonesia rusak atau dalam proses menuju rusak karena hilangnya kompetisi gara-gara kartelisasi.
Politik kartel biasanya ditandai dengan kesepakatan antara partai-partai politik untuk mengatur pembagian kekuasaan begitu rupa sehingga semua pihak dapat bagian. Istilahnya: SEMUA SENANG. Tidak ada lagi oposisi.
BACA JUGA:Ditlantas PMJ Rekayasa Lalin Selama Kunjungan Paus Fransiskus
BACA JUGA:Dinkes Sebut 11 Orang Penyintas Mpox di Jakarta Telah Sembuh
Menurut mazhab ini, gejala kartelisasi politik seperti ini tidak sehat; merusak demokrasi. Sebab inti demokrasi adalah check-and-balance yang memungkinkan adanya kontrol.