Kelong Bay
--
Diam-diam saya berhasil melakukan ajaran kuno: berhentilah makan sebelum kenyang. Saya sudah tidak sukses sehari sebelumnya dan tidak akan sukses pula sehari sesudahnya.
Sukses siang itu lebih karena terbayang roti canai. Di Martabak Har. Sebelum krismon dulu saya sempat punya hotel di dekat situ. Setelah krismon setidaknya saya masih ke roti canai.
BACA JUGA:Memuji Anak Berlebihan Berbahaya
Kenangan saya pada Har lebih membekas daripada memiliki hotel. Saya pernah diajak ke pedalaman Thailand naik pesawat pribadi. Pulangnya tiba-tiba mampir mendarat di Batam. Kami ke roti canai itu –membawa pula bungkusannya. Selesai makan balik ke bandara, terbang ke Jakarta.
Ternyata tidak hanya saya seorang yang terobsesi roti canai Har.
Di canai saya merasa setengah sukses: yakni pakai kuah gulainya sedikit. Juga sukses tanpa daging. Caranya: roti chennay itu saya robek sedikit, saya celupkan tipis-tipis ke kuah gulai, masuk mulut. Sukses. Kuahnya sedikit. Tanpa daging. Tapi tidak sukses karena jumlah lembaran canainya.
Yang total gagal adalah saat ke kedai durian. Harus membanding-bandingkan mana yang lebih enak: musanking atau tembaga.
Mula-mula makan musangking. Lalu makan tembaga. Ketika hendak membandingkan, agak lupa seperti apa rasa musangking tadi. Maka kembali merasakan musangking. Saking asyiknya lupa pula seperti apa rasa tembaga tadi. Jadinya harus makan tembaga lagi. Berulang dan berulang.
BACA JUGA:Jus Buah Bisa Merawat Kulit Alami
Maka ketika makan malam di Harbour Bay, saya angkat tangan. Saya pilih mendengarkan musiknya. Minum pun tidak. Saya harus berhenti makan karena memang sudah terlalu kenyang. (Dahlan Iskan)
BACA JUGA:Wadah Salurkan Bakat dan Minat Siswa