Lewat Jam

Dahlan Iskan-Photo ist-Gus munir

"Itu hanya untuk hari Sabtu," ujar pelayan.

Telanjur berliur. 

Saya garuk-garuk kepala. Lama. Terasa kena PHP zam zam. Pelayan itu mungkin iba melihat wajah setengah hitam di depannyi. 

"Hari ini kami bisa buatkan tapi harganya beda," ujarnyi. Saya anggukkan kepala, tanpa bertanya 19 dolar di menu itu menjadi berapa.

Ternyata dia tidak iba kepada dompet saya.

BACA JUGA:Tingkatkan Pengetahuan dan Kesadaran Masyarakat Tentang Bahaya Stunting

BACA JUGA:10 Kebiasaan Buruk yang Menghambat Jadi Kaya

Saya hanya pesan dua untuk tiga orang. Satu porsi pun, porsi  Amerika, bisa untuk empat orang perusuh Disway. 

Setelah disajikan kami saling pandang: bagaimana cara menghabiskannya.

Di Dallas kami harus bertemu teman. Asal Tiongkok. Maka kami janjian makan di chinese food: bebek panggang, tumis kacang panjang muda, terong bumbu taocho, tahu sapo. Dan... Ini dia: nasi. Sudah dua minggu tidak jumpa nasi.

Dari Dallas ke Austin sudah dekat. Tinggal tiga jam bermobil. Setelah ke Universitas Texas di Austin, menunya ganti Vietnam Food. Pho. Tidak ada yang mangkoknya kecil. Lihat ukuran mangkok yang disajikan di meja sebelah saja sudah tidak lagi lapar. Maka kami hanya pesan dua mangkok untuk tiga orang.

BACA JUGA:Resep Tumis Kikil Pedas Tanpa Bau yang Mengunggah Selera

BACA JUGA:Drakor “Bloody Romance” Usung Genre Militer, Romansa, dan Rrama

Panas. Austin begitu panas di musim panas. Apalagi tidak sehembus pun angin bertiup. Pun jam delapan malam. 

Besoknya kami dari Austin ke San Antonio lebih dekat lagi: dua jam saja. Juga panas sekali. Sampai 38 derajat.

Tag
Share