Kaya Lama
Dahlan Iskan-Photo ist-Gus munir
Presiden Donald Trumplah yang awalnya mengeluh: infrastruktur Amerika sudah seperti negara ketiga, negara miskin. Ternyata itu khas curhatnya orang kaya: "Tahun ini kami rugi besar. Keuntungan merosot 70 persen".
Dan sisa yang 30 persen itu adalah ratusan miliar rupiah.
Tiga jam kemudian saya mendarat di KCI. Tepat waktu, pun di kelas ekonomi. Tidak ada tornado seperti yang saya cemaskan.
BACA JUGA:Terapkan Peraturan Berlaku untuk Pungut Retribusi
BACA JUGA:Sambut Hari Bahayanghkara, 71 Personil Donorkan Darah
Di wilayah itu, di bulan seperti ini, seperti Probolinggo dengan Angin Gending-nya: banyak puting beliung. Bahkan tornado. Sesekali ingin juga melihat tornado asal jangan ketika menahan pipis.
Atau jangan-jangan di Probolinggo, tidak ada lagi Angin Geding sejak Antangin dipasarkan di sana. Atau seperti di Nganjuk dengan angin bawangnya --saya lupa pelajaran di SD nama angin kencang di Nganjuk.
"Sudah berapa lama bandara baru KCI ini?" tanya saya pada penjemput istimewa saya.
"Satu atau dua tahun," jawabnyi. "Saya juga baru sekali ini ke bandara baru," tambahnyi.
BACA JUGA:KPU Luncurkan Maskot Pilkada OKU “Sidara”
BACA JUGA:Antre Akhir
Mirip dengan LaGuardia: modern, cantik, anggun. Kata terakhir itu yang masih belum ada di dunia ketiga. Itu yang membedakan orang kaya baru dan orang kaya lama. Apalagi kalau barunya belum lama.
Orang kaya baru masih punya sikap pelit pada anak-anaknya --baru mulai berubah terhadap cucunya. Lebih pelit dari yang tidak kaya --misalnya hanya mau membelikan anaknya mobil Honda Odyssey.
Maka ada humor sekelas Bung L300: seenak-enak anak orang kaya masih lebih enak cucunya orang kaya.
Menabrakkan Tesla kakeknya sampai hancur pun masih diciumi sambil mengatakan, "untung cucu tersayangku selamat".