Catch Kill
Dahlan Iskan-Photo ist-Gus munir
National Inquirer bentuknya sedikit lebih kecil dari tabloid. Sedikit lebih besar dari majalah. Isinya gosip. Artis dan politik. Laris. Biasanya dipajang di dekat kasir di semua supermarket di Amerika.
Kini media cetak itu sudah berubah menjadi online. Pemiliknya sudah bukan lagi David. Oplah terbesarnya mencapai 6 juta eksemplar. Kini tinggal sekitar 200.000.
Kalau saja catch and kill itu tidak menyangkut Pemilu sebenarnya sulit untuk dituntut. Tapi karena praktik itu sengaja untuk membuat informasi tentang capres tertutup dianggap tidak jurdil.
Pukulan kedua adalah soal uang tutup mulut si wanita. Juga dikaitkan dengan Pemilu.
BACA JUGA:Lagi Bantu Nyebrangi Warga, Motor TNI AD Digondol Maling
BACA JUGA:Praktik Bidan ZN Dinonaktifkan Polisi
Kalau tutup mulut agar tidak ketahuan istri tidak ada urusan dengan hukum. Tapi ini terkait agar tidak ada informasi negatif tentang capres maka jadi masalah hukum.
Pukulan kedua itu datangnya dari saksi kunci berikutnya: Michael Cohen. Ia orang kepercayaan Trump lebih 10 tahun. Saking dekatnya sampai mendapat julukan ''Mr Fix"'-nya Trump. Artinya: kalau ada masalah yang kurang lurus di tubuh Trump, Cohen-lah yang harus membenahi. Termasuk bagaimana agar hubungan dengan wanita tadi bisa beres.
Sialnya Trump pecah kongsi dengan Cohen. Maka Cohen pun ''bernyanyi''. Termasuk dari mana asal uang tutup mulut itu: dari perusahaan Trump. Hanya saja di buku pengeluaran tidak ditulis begitu. Ini dianggap melanggar praktik hukum bisnis.
Bisa saja Trump menolak pengakuan saksi kunci. Tapi Cohen ternyata punya rekaman pembicaraan mereka. Waktu itu Cohen merekamnya. Tinggal apakah perekaman gelap seperti itu sah di pengadilan.
BACA JUGA:Kalahkan Korsel, Tim Uber Indonesia Melaju ke Final
BACA JUGA:Beredar Rumor Bakal Dakal Depak Gabriel Jesus
Masalahnya: yang akan menentukan salah atau tidak nanti bukan ahli hukum. Bukan hakim. Yang menentukan adalah dewan juri: tujuh orang. Mereka tidak berpegang pada pasal-pasal hukum. Mereka berpegang pada rasa keadilan: salah atau tidak.
Sepanjang Selasa sampai Kamis lalu Trump harus ke pengadilan setiap hari. Alangkah kesalnya. Baru Jumat-Sabtu-Minggu ia libur sidang. Ia gunakan waktu tiga hari itu untuk kampanye Pilpres. Selasa depan mulai lagi. Tiap hari lagi. Inilah kali pertama seorang mantan presiden Amerika menjadi pesakitan kriminal.
Dan Anda tahu: masih ada empat perkara kriminal lain yang menunggu. Dari empat itu rasanya hanya soal uang tutup mulut ini yang bisa mencapai vonis sebelum Pilpres November depan.