Angka Digital

Photo angka Digital-Photo ist-Gus munir

Ada juga yang memilih kertas lembaran itu dihampar di lantai. Lalu difoto dari atas. Itulah yang dilakukan Dhina di Mojokerto.

Pemotretan itu perlu latihan karena bukan potret biasa. Foto itu akan diunggah ke sirekap. 

Dhina harus membuka dulu aplikasi sirekap dari KPU. Ada barcode-nya. Ada pilihan di situ: unggah foto.

Muncullah di layar HP: objek yang akan difoto. Objek itu harus masuk sempurna ke dalam kotak yang disediakan.

Kalau objek belum dalam posisi yang tepat belum bisa diunggah. Kalau objek sudah pas, akan ada tanda hijau di sekitar objek. Itulah saatnya Dhina mengunggah ke server KPU. Lalu ada penanda apakah foto sudah terbaca atau belum. Juga apakah perlu ada pengulangan.

BACA JUGA:Wulan Guritno Cabut Gugatan Perdata Terhadap Mantan Kekasihnya

BACA JUGA:Pegawai Wajib Tingkatkan Disiplin

Upload-nya itu yang kadang lama. Penanda di layar HP muter-muter lama. Seperti servernya penuh atau antre. Sampai tiga atau lima menit.

Apakah sistem sirekap perlu dilanjutkan di Pemilu depan?

Menurut Dhina perlu. Tinggal menyempurnakan. Inilah cara tercepat untuk jumlah TPS yang begitu banyak dan menyebar di wilayah yang begitu luas.

Keunggulannya: angka-angka di foto tidak bisa diedit oleh yang mau curang.

Saya tidak tahu: mengapa bukan pakai scan. Setahu saya scan lebih sempurna dari foto. Bukankah di semua HP juga ada fasilitas scan? Apakah hasil scan bisa diedit? Saya awam soal ini. Mungkin perusuh seperti Sabarikhlas yang tahu.

Angka 8 adalah angka mimpi saya. Mimpi yang sulit terwujud.  Teman sekelas saya sering dapat angka 8 di ulangan. Dipamer-pamerkan. Ditempelkan di pipinya. Saya hanya bisa iri.

Angka delapan ternyata banyak persoalan. Di mata OCR: nilainya bisa hanya nol. (*)

BACA JUGA:OKU Timur Raih Penghargaan Bebas Frambusia

Tag
Share