Senyum Muda
"Tolong minta tempat duduk di tengah".-Photo ist-Gus munir
Jangan ragu! Pantang mundur!
Tetap harus turun di sini!
Bahwa dari rest area akan naik apa ke Buraydah diatur belakangan. Di mana ada kemauan di situ ada kemungkinan.
Saya pun mencari kernet: harus ambil tas kecil saya di bagasi.
Ternyata tidak mudah. Saya tidak diizinkan turun di situ. Tiket saya ke Riyadh.
BACA JUGA:Bakal Gelar Pasar Bedug, Libatkan 200 Pedagang
BACA JUGA:Atasi Inflasi, Gelar Gerakan Tanam Cabai
Tapi saya lihat wajah ragu di kepala kernet. Maka saya jelaskan: saya tidak minta uang pengurangan harga, saya tidak akan minta ia menanggung biaya kendaraan saya ke Buraydah. Semua tanggung jawab saya sendiri.
Saya dibawa ke kantor bus itu. Panjang perdebatan mereka soal saya. Saya tangkap sekilas: bagaimana bisa keluar dari padang pasir ini.
Seperti setengah putus asa kernet lalu membawa saya ke arah bus berhenti. Lama memandang wajah saya. Lalu keluar kata-kata pemungkasnya: beri saya 20 real, untuk makan.
Saya pun berterima kasih atas kebaikannya. Lalu dibukalah bagasi. Saya ambil tas merah kecil itu.
"Hanya itu?" tanyanya.
Isinya hanya dua lembar kain ihram dan dua potong baju dalam.
Ini musim dingin. Tidak berkeringat. Cucian pun lima jam ditinggal tidur sudah kering. Bibir saja terasa kering, apalagi hanya pakaian dalam.
BACA JUGA:Camat Pemulutan Barat Ngaku Bingung, Tak Tahu Asal Video CCTV nya Beredar