Senyum Muda
"Tolong minta tempat duduk di tengah".-Photo ist-Gus munir
Percayalah si prangko akan tetap mencari amplopnya: pada saatnya.
Tapi 12 jam di pojokan bus paling belakang bukanlah sekadar hukuman. Tidak kebagian jendela pula. Sumpek. Penat. Bergetar –pun di jalan mulus tiga lajur ke arah timur.
BACA JUGA:Pakai Nama Asli, Diserbu Komentar Negatif Netizen
BACA JUGA:Angkat Kisah pembelot Korut,
Saya paksakan menulis untuk Disway: soal Pagar Teras itu. Hebat. Tidak pusing. Jalan bebas hambatan ini mulus sekali. Ini jalan bebas hambatan tapi bukan tol. Gratis. Saudi itu seperti Jerman: tidak punya jalan tol.
Orang Italia pernah menyombongkan diri ke orang Jerman: ketika pertama menggunakan teknologi mobil masuk gerbang tol tanpa berhenti. Si Jerman tinggal menjawab: kami tidak perlu gerbang.
Maafkan kalau Anda tidak bisa tersenyum membaca humor itu: saya mengakui kalah dari L-1301 soal menulis humor.
Jalan raya benar-benar mulus. Saya lihat jam di HP: hampir pukul 11.00. Sudah waktunya baca komentar para perusuh. Siapa tahu terhibur dan bisa senyum-senyum sendirian.
Ini bus tanpa lagu. Apalagi dangdut. Apalagi karaoke. Rasanya ingin mengundang Liam ke sini: agar nyanyi di bus ini.
BACA JUGA:Resep Es Jagung Hawai, Bisa untuk Jualan Saat Ramadhan
BACA JUGA:Lakukan Kretek di Leher Tak dianjurkan
Saya urungkan baca komentar. Pukul 11.00 itu masih pukul 15.00 waktu Indonesia. Kurang satu jam lagi. Agar yang kirim komentar sebelum pukul 16.00 masih bisa saya baca.
Saya pun pindah ke Google map: ini sudah sampai di mana.
Pertanyaan ''ini sudah sampai di mana'' itu sebenarnya pertanyaan –meminjam istilah beliau-- pertanyaan ''goblik''.
Untuk apa perlu bertanya sudah sampai di mana. Bus ini tidak lewat mana-mana. Sudah berapa jam pun melaju tetap saja baru sampai padang pasir. Atau gunung batu. Tidak bisa dibedakan sudah sampai di mana.