Gaya Purbaya

Menkeu Purbaya Yudhi Sadewa-Istimewa-

Anda, yang kebetulan menjadi atasan, boleh meniru gaya Purbaya itu: ''Kalian dong yang mikir, masak saya''.

Tentu lihat-lihat juga tingkat ''atasan'' seperti apa yang Anda miliki. Kalau Anda seorang atasan yang hanya punya bawahan para tukang, buruh, cleaning, tukang antar surat dan setingkat itu, jangan sekali-kali meniru Purbaya. Anda akan dilempar bata di punggung Anda –meski hanya gayanya saja melempar tapi matanya melotot.

Tentu para direktur utama bank pemerintah bukanlah tukang batu. Tapi ia/dia masih punya banyak bawahan: para direktur dan vice president.

Seorang direktur utama bisa memindahkan perintah Purbaya itu ke para direktur dan vice president. Bisa juga mengulangi kalimat yang diucapkan Purbaya: "Kalian dong yang mikir. Masak saya!?"

BACA JUGA:Dahlan Iskan Harap Disway Group Bisa Jadi “Agama Baru”, Menpora Minta Dukung Program Olahraga dan Kepemudaan

BACA JUGA:Disway Gratis

Begitulah, kalimat itu bisa diwariskan turun-menurun ke lapisan atasan yang lebih bawah. Sampai akhirnya ke tingkat yang tidak lagi punya kemampuan berpikir: saluran saja! Apa susahnya menyalurkan uang. Soal nanti jadi kredit macet, itu kan nanti. Salah sendiri. Kenapa dipaksa menerima dana besar.

Itulah sebabnya atasan juga punya kewajiban lain: melakukan kontrol. Sidak diperlukan lantaran terlalu sering laporan tertulis hanya menampilkan yang menyenangkan saja.

Saat sidak seperti itulah bisa diperoleh keyakinan apakah program sudah berjalan. Atau tidak. Lalu terjadi dialog antara yang sidak dan disidak. Dari situlah seorang atasan tahu tentang kualitas bawahan. Mereka adalah bawahan yang hebat, bawahan yang biasa-biasa saja, bawahan yang kurang mampu atau bawahan yang sangat suka mencari dalih.

Dua yang terakhir itu jelas: waktunya diganti. Terlalu banyak tenaga yang lebih baik di pasar tenaga kerja --pun di lapisan atas.

BACA JUGA:Disway Malang

BACA JUGA:Event Disway Mancing 2024, Wartawan TVRI Raih Juara 1

Masalahnya: ada direktur utama yang punya atasan lain. Sewaktu yang akan diberhentikan tahu, ia mengadu ke atasan lainnya. Bisa juga mengadu ke yang bukan atasan tapi punya kekuatan untuk melunakkan hati atasan.

Di atas langit masih ada mega dan bintang. (Dahlan Iskan)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan