Joget Malinau

Joget Malinau Bersama Dahlan Iskan-Istimewa-
Kabupaten Malinau luasnya melebihi satu provinsi Jateng. Tapi penduduknya hanya 88.000 orang. Untung belakangan ditemukan tambang batu bara di sana. Pendapatan asli daerah pun mencapai Rp 1,5 triliun –dari APBD-nya yang Rp 3 triliun.
"Mengapa Krayan tidak masuk kabupaten Malinau?" tanya saya.
"Saya sulit menjawabnya," ujar sang bupati.
Wempi memang orang yang sopan, halus, dan lembut. Ia tidak ingin bicara soal yang sensitif. "Pak Dahlan sudah tahu jawabnya. Kan sering ke Kaltara," ujarnya.
Krayan adalah satu kecamatan berbatasan dengan Serawak dan Sabah. Tanahnya subur. Penghasil beras yang terkenal. ''Beras Krayan" banyak mengalir ke Serawak karena teksturnya yang punel –dan aromanya yang harum.
Keputusan Krayan dimasukkan ke Nunukan adalah pertimbangan demografis. Krayan hampir 100 persen Dayak. Sub sukunya sama dengan Dayak di Malinau. Bahkan sama dengan Dayak di perbatasan Serawak dan Sabah. Tapi pertimbangan itu telah mengorbankan kemudahan pembangunan wilayah pedalaman.
BACA JUGA:Disway Gratis
"Saya ingin meniru Malinau," ujar Rasyid Bancin, wali kota Subulussalam.
Semula saya heran melihat kedatangan Rasyid ke acara ini. Apa hubungannya. Tidak ada calon mahasiswa dari Subulussalam.
Oh, rupanya ia ingin mendalami bagaimana cara mengirim calon mahasiswa dari Subulussalam ke luar negeri dengan cara yang hemat.
Rasyid baru terpilih sebagai wali kota Subulussalam. Ia lulusan Al Azhar, Cairo. Jurusannya sastra Arab. Ia didorong masyarakat di sana untuk maju jadi calon wali kota. Harapan terpilihnya kecil. Lawannya incumbent nan punya banyak dana.
"Beliau pasti lebih kaget, kok kalah dari saya. Saya saja yang menang kaget," ujarnya.
BACA JUGA:Disway Malang
BACA JUGA:Event Disway Mancing 2024, Wartawan TVRI Raih Juara 1