Tiga Proposal

dr Joao Angelo De Sousa Mota.-Disway-
Hanya beberapa bulan Joao menjabat dirut Yodya Karya. Danantara pun lahir. Maka Yodya Karya menjadi anak perusahaan Danantara.
Begitu mendesaknya program pangan Presiden Prabowo sampai Yodya Karya diubah misinya: jadi perusahaan produksi pangan.
BACA JUGA:260 Disway
BACA JUGA:Disway Network dan B Universe Jalin Kemitraan
Joao mungkin punya pikiran ini: pangan adalah program terpenting Prabowo. Pasti dapat prioritas. Semangatnya pun naik tinggi. Ia mengira akan bisa langsung tancap gas.
Ternyata dana pertama Danantara justru dialirkan ke Garuda. Rp 6 triliun. Sifatnya memang pinjaman tapi tetap saja ada yang mengalir ke sana. Rasanya tidak pernah ada penjelasan Garuda menjadi prioritas program presiden. Ternyata Garuda bisa menyalip di udara –karena sulit membayangkan Garuda menyalip di tikungan.
Uang kedua Danantara lari ke Chandra Asri. Uang ketiga ke proyek energi bersih bersama investor Arab Saudi.
Tentu Joao membaca berita mengalirnya uang Danantara ke berbagai proyek tersebut. Mengapa tidak ada yang untuk Agrinas Pangan.
Mungkinkah Danantara kurang tertarik dengan proposal yang diajukan Joao?
BACA JUGA:Disway Gratis
Daya tarik dari seseorang sering ditentukan oleh latar belakangnya. Yang biasa bisnis di keuangan akan lebih antusias melihat proposal bidang itu. Lalu siapa yang tertarik melihat proposal bidang pertanian? Kalau pun dipaksakan ''tertarik'' apakah bisa langsung memahami ruh bisnis pertanian?
Apakah di antara direksi Danantara ada yang punya minat di bidang pertanian? Kalau tidak, siapa yang menilai bagus tidaknya proposal dari Agrinas Pangan? Konsultan?
Sangat jengkel kalau misalnya atasan lebih percaya konsultan daripada proposal dirut. Berarti sang dirut dianggap tidak ahli di bidangnya.
Problem terbanyak di BUMN ada di sini: tidak memahami bisnis tertentu tapi punya kuasa untuk memutuskan. Akhirnya mengandalkan jasa konsultan. Hilanglah motivasi eksekutif BUMN untuk maju.