Umur Baru

Penulis saat menjalani perawatan sebelum dan sesudah operaasi "Ganti Hati" di Tianjin, Tiongkok. -Disway-
BACA JUGA:Disway Network dan B Universe Jalin Kemitraan
Pun dokter dan perawat rumah sakit. Ia perhatikan. Yang kelupaan cuci tangan ia tegur. Bahasa Mandarinnya sama bagusnya dengan bahasa Inggrisnya. Apalagi bahasa Kantong dan Hokkiannya.
Ia tahu susahnya mempertahankan hidup. Mengapa begitu banyak orang pilih mati dengan cara mengibarkan peperangan.
Saat melihat orang-orang Arab yang juga antre operasi ganti hati di Tianjin, ia membisiki saya: betapa paradoksnya! Di sana bunuh-bunuhan. Di sini berusaha keras agar tetap hidup.
Saya sering lupa merayakan ulang tahun kehidupan itu. Menjelang ulang tahun ke-19 tanggal 6 Agustus kemarin itu saya berada di Beijing. Kali ini saya mengantarkan seseorang yang harus ganti hati. Umurnya masih 42 tahun tapi hatinya sudah sirosis berat.
BACA JUGA:Disway Gratis
Sebagian tim dokter yang dulu menangani saya ternyata sudah pindah ke Beijing. Maka saat check-up tiga bulan lalu saya tidak ke RS Tianjin. Saya pilih ke RS di Beijing.
Di Tianjin rumah sakitnya sudah baru. Pindah agak ke luar kota. Dokter-dokternya baru. Perawatnya baru. Tidak banyak kenal mereka lagi.
Di Tiongkok sekarang tidak lagi hanya satu-dua kota yang bisa melakukan transplantasi hati. Sudah hampir semua kota bisa melakukannya. Praktik transplantasi hati sudah sangat biasa.
Di sana untuk mendapatkan hati dari donor lebih mudah. Bahkan untuk organ apa saja. UU di Tiongkok mewajibkan siapa pun yang meninggal dunia harus dibolehkan diambil organnya. Tentu yang masih bisa ditransplankan ke orang lain.
Mudahnya mendapatkan donor organ membuat dunia kedokteran di sana sangat maju. Dokter-dokternya lebih banyak punya pengalaman. Bisa lebih sering melakukannya.
BACA JUGA:Disway Malang
BACA JUGA:Event Disway Mancing 2024, Wartawan TVRI Raih Juara 1
Di Indonesia begitu sulit mendapatkan donor organ --apa saja. Sangat sedikit yang membuat wasiat merelakan organnya diambil saat meninggal dunia. Tokoh marketing Hermawan Kartajaya adalah orang terakhir yang saya dengar menulis wasiat donor jenasah.