Kongres Bali

Dalam pidato penutupan Kongres VI PDIP di Bali, Megawati Soekarnoputri menegaskan bahwa PDIP tidak akan berada di barisan oposisi maupun koalisi pemerintahan Prabowo Subianto. -Dok PDIP-
Kelihatannya PDI-Perjuangan akan kembali ke lapangan perjuangan: lebih mengandalkan kader-kader militan. Seperti di awal kebangkitan PDI-Perjuangan dulu.
Waktu itu Megawati adalah "banteng ketaton". Lukanya lebar menganga. Tanpa punya biaya untuk membeli perban. Waktu itu bantengnya masih muda berotot. Maka berhasil memenangkan pertarungan.
PDI-Perjuangan pun berkuasa.
Luka menganga itu pun sudah lama hilang. Bantengnya punya waktu untuk tumbuh lebih gemuk. Subur. Makmur.
Sepuluh tahun menjadi pemerintah banyak yang berubah.
BACA JUGA:Disway Gratis
Kenyataan besarnya: ketika kini benteng itu terluka lagi, zaman sudah berubah. Kader-kader militan di masa lalu sudah menua. Banyak juga yang sudah "realistis". Banyak yang pindah kandang.
Sedangkan "militan baru" belum lagi lahir. Partai ini seperti agak jauh dari anak muda.
Memang masih ada yang tetap terlihat militan. Misalnya Adian Napitupulu --baru saja diangkat sebagai wakil sekjen bidang komunikasi.
Masih ada juga orang hebat seperti Said Abdullah dari Sumenep. Said baru saja diangkat jadi ketua bidang sumber daya. Tapi sudah ada yang jauh dari garis itu. Misalnya: banyak. Salah satunya, Cak Basuki dari Surabaya.
BACA JUGA:Disway Malang
BACA JUGA:Event Disway Mancing 2024, Wartawan TVRI Raih Juara 1
Rasanya perhelatan besar di Bali sejak Sabtu lalu banyak membahas kenyataan itu: mungkinkah PDI-Perjuangan kembali ke khitah-nya. Yakni jadi partai militan ideologis.
Ini sungguh tantangan yang amat besar. Terutama di saat usia Megawati sudah 74 tahun.