Ekonom Peringatkan Ancaman Resesi Global Masih Nyata

Meski ketegangan antara Iran dan Israel mulai mereda, dampak jangka panjang dari konflik ini diprediksi masih akan membayangi ekonomi global.-Istimewa-
JAKARTA-OKU EKSPRES COM- Meski ketegangan antara Iran dan Israel mulai mereda, dampak jangka panjang dari konflik ini diprediksi masih akan membayangi ekonomi global.
Para ekonom memperingatkan bahwa dunia bisa menghadapi ancaman resesi yang lebih besar akibat dampak perang terhadap anggaran negara, rantai pasok, dan investasi.
Ekonom dan Pakar Kebijakan Publik dari Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta, Achmad Nur Hidayat, mengatakan bahwa perang berskala luas bisa menimbulkan gangguan besar terhadap logistik global.
Hal ini membuat biaya pengiriman naik, jalur energi terganggu, dan harga barang ikut melonjak.
BACA JUGA:Kevin Diks Terjebak di Qatar saat Iran Serang Pangkalan AS
BACA JUGA:Minta Pemerintah Indonesia Mitigasi Dampak Perang Israel- Iran
"Analisis NiGEM menunjukkan, jika biaya angkut laut naik 10 persen, maka inflasi konsumen bisa bertambah 0,5 persen. Konsumen akan mengurangi belanja, sementara perusahaan menunda investasi karena ketidakpastian tinggi," ujar Achmad ketika dihubungi oleh Disway, pada Senin 30 Juni 2025.
Selain itu, Achmad juga menyoroti risiko lain yang tak kalah berbahaya, yaitu potensi pengetatan suku bunga oleh bank sentral di berbagai negara untuk mengendalikan inflasi. Sayangnya, langkah ini justru bisa memperlambat pertumbuhan ekonomi.
"Jika ketidakpastian geopolitik makin memburuk, pasar saham bisa anjlok, investor global lari dari aset berisiko, dan sistem keuangan internasional bisa terguncang," tegasnya.
Menurut Achmad, dampak perang juga bisa membuat banyak negara bangkrut karena defisit anggaran yang membengkak. Infrastruktur rusak, investasi terhenti, dan krisis pengungsi akan menambah tekanan sosial dan ekonomi.
BACA JUGA:Situasi Memanas di Teheran, Kedubes Iran akan Bantu Evakuasi WNI
BACA JUGA:Terbitkan 769 KIA dan 68 Akta Kelahiran bagi Warga OKU Kurang Mampu
"Bahkan, jika krisis ini tak terkendali, dampaknya bisa lebih parah dari krisis keuangan global 2008," tambahnya.