Wujud Toleransi, Tradisi 1 Muharram di Karang Manik Libatkan Semua Agama

Wujud toleransi, tradisi 1 Muharram di Karang Manik libatkan semua agama. -Istimewa-
Menurut Widiono, hubungan antarumat beragama di desanya sudah terjalin erat sejak lama dengan dasar saling menghormati.
Toleransi tak hanya terlihat saat perayaan Islam, tapi juga pada perayaan agama lain. Saat umat Hindu merayakan Nyepi, warga Muslim turut menjaga ketenangan lingkungan.
Begitu pula saat Natal, pemuda lintas agama membantu pengamanan gereja.
BACA JUGA:Dasco Sicilia
BACA JUGA:Jay Idzes Diincar Aston Villa dan Klub Top Serie A
“Kami mungkin berbeda keyakinan, tapi kami tetap satu keluarga besar di Karang Manik. Gotong royong sudah jadi bagian dari hidup kami,” ujarnya.
Acara malam itu ditutup dengan makan bersama. Nasi takir yang dibawa masing-masing warga dibuka dan dinikmati bersama sebagai lambang kebersamaan. Tak mewah, tapi penuh kehangatan.
Di saat dunia kerap diguncang oleh isu intoleransi, Karang Manik justru tampil sebagai contoh nyata bahwa kebersamaan bisa tumbuh dari tradisi sederhana.
Tradisi ini menjadi bukti bahwa harmoni tidak harus dibangun lewat aturan yang kaku, tetapi lewat keseharian yang dijalani dengan tulus.
BACA JUGA:Calvin Verdonk Bikin Bangga, Jadi Fullback Terbaik Eropa
BACA JUGA:Denada Siap Menikah Lagi, Ini Kriteria Pendamping Hidup Impiannya
Desa Karang Manik menunjukkan bahwa keberagaman, jika disertai kearifan lokal, justru dapat menjadi kekuatan yang mempererat.