Dewa Ngluyur

Umat Konghucu saat beribadah di Kelenteng Tuban. -Foto: Disway-Gus munir
Oleh: Dahlan Iskan
"Untuk apa Anda begitu ingin jadi ketua kelenteng Tuban (Kwan Sing Bio)?" tanya saya kepada Tjong Ping kemarin.
"Saya ingin agar dewa kelenteng Tuban cepat pulang. Sekarang ini kelenteng dalam keadaan kosong. Dewanya ngeluyur terus. Berkelana. Tidak pulang-pulang," ujar Tjong Ping.
Dalam pembicaraan kemarin itu Tjong Ping bisa menerima apabila bentuk kepengurusan kelenteng nanti yayasan. Seperti yang digagas Soedomo Mergonoto, pemilik kerajaan bisnis Kapal Api. Tjong Ping tidak ngotot lagi bentuknya harus perkumpulan.
Ia juga sudah menyadari, baik yayasan maupun perkumpulan dua-duanya sudah lama mati. Maka untuk menghidupkannya tidak ada jalan lain kecuali rukun kembali. Sama-sama sepakat menghidupkan kembali yayasan.
BACA JUGA:Bukan Hanya Dewasa, Anak pun Bisa Alami Penyakit Jantung
BACA JUGA:Bahaya Tersembunyi Rokok bagi Kesehatan Jantung
Sebenarnya Alim Sugiantoro, lawan Tjong Ping, tidak ingin jadi ketua. Keinginannya hanya satu: jadi penilik keuangan kelenteng.
Istilah ''penilik'' sebenarnya tidak ada. Itu istilah peninggalan zaman Belanda: penilik sekolah. Artinya pengawas.
Maka kalau itu keinginan Alim seharusnya bisa langsung dikabulkan. Saya mengusulkan namanya jangan lagi ''penilik'' tapi Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Alim yang menjabat Badan Pemeriksa Keuangan di yayasan.
Alim adalah orang Tuban yang sukses sebagai pengusaha konstruksi. Ia seorang kontraktor. Proyeknya banyak di Jawa Tengah.
BACA JUGA:Transplantasi Jantung: Harapan Baru bagi Penderita Gagal Jantung Kronis
BACA JUGA:Waspadai Kaki Bengkak, Bisa Jadi Tanda Jantung Bermasalah
Tjong Ping ternyata setuju dengan gagasan saya itu. Alim jadi ketua BPK kelenteng. Bahkan Tjong Ping juga setuju kalau ia cukup menjabat satu periode saja: tiga tahun.