Suka Makan
Dahlan iskan-Photo ist-Gus munir
BACA JUGA:Mahasiswi Unsri Tewas Dirampok Begal
Maka mereka minta diantar ke mal paling ramai. Lalu mal yang baru. Sama sekali tidak minta diantar ke lokasi selain mal.
Mereka pernah saya ajak makan di resto independen. Di luar mal. Bertetangga dengan perumahan lama, di Dinoyo Surabaya. Larisnya bukan main. Cari tempat parkir pun sulit.
Di situ mereka menyenangi masakannya tapi tidak meminati lokasinya. Padahal sudah saya jelaskan: betapa bagus bisnis teman saya itu. Ia mampu membangun resto dua tingkat di atas tanah sewa 15 tahun. Pakai lift. Atas biaya sendiri. Di luar harga kontrak 15 tahun yang dibayar tiap lima tahun. Bayar di muka.
Mereka tetap pilih buka di mal.
Sebagai orang asing mereka tidak tahu hukum dan adat di Indonesia. Mereka tidak mau ambil risiko yang di luar perkiraan. Dengan membuka resto di mal urusannya tinggal dengan pemilik mal.
Maka saya ajak mereka ke berbagai mal. Saya tinggalkan mereka di situ. Beberapa jam. Biarlah bebas berimajinasi. Saya tidak mau banyak menjelaskan. Mereka lebih tahu dunia mal dan resto.
BACA JUGA:Aksi Warga Tulung Selapan Serang 2 Anggota Polisi Sangat Brutal
BACA JUGA:Capil Bakal Tambah UPTD Setiap Kecamatan
Pada jam yang dijanjikan mereka saya jemput. Pindah ke mal lainnya.
"Kita makan dulu," kata saya.
"Kami sudah makan. Sudah kenyang. Seluruh resto di mal ini sudah kami coba," tambahnyi.
Tentu tidak mungkin semua. Saya tahu maksudnya: lebih tiga restoran sudah dicoba.
"Ada kesulitan?"
"Tidak ada," jawabnyi.