Kedelai Pagi

Kedelai Pagi-Photo:Istimewa-Gus munir
Sampai kapan? Mungkin sampai para petani itu tidak mau lagi tanam kedelai. Pindah ke tanam saham di pasar modal. Atau tanam uang di bisnis valuta asing beserta derivasinya.
BACA JUGA:Galaxy S25 Edge, Smartphone Tertipis dan Teringan Samsung, Ini Rahasia di Baliknya
BACA JUGA:Samsung Galaxy A05s Mulai Terima Update One UI 7 Berbasis Android 15, Ini Fitur-Fitur Barunya!
Tentu kedelai dibawa ke Amerika dari Tiongkok. Tapi ''darah kedelai'' di Amerika sudah mengalir turun-temurun. Ketergantungan pada rezeki kedelai sudah seperti ketergantungan kita memperebutkan jadi pegawai negeri.
Petani kedelai Amerika sudah sampai pada tahap tidak mau menggantungkan diri pada siapa pun, termasuk pada pemerintah. Mereka punya asosiasi sendiri: ISA –Indiana Soybean Alliance.
Di Illinois ada ISA-nya sendiri: Illinois Soybean Association. Di Iowa juga punya ISA: Iowa Soybean Association. Tiga negara bagian itu memang penghasil kedelai terbesar. Ditambah Ohio dan Minnesota.
Kuatnya petani kedelai bukan main. Mampu menggalang lobi. Sampai membiayai riset.
BACA JUGA:Samsung Galaxy Tab S10 Lite Muncul di Geekbench, Ungkap Spesifikasi Utama!
BACA JUGA:Samsung Galaxy Z Fold7 Muncul di Geekbench, Usung Snapdragon 8 Elite Khusus Galaxy
Saya pun ke pusat risetnya ISA yang Indiana. Di dekat Purdue University. Termasuk riset lapangan. Lahan risetnya 300 hektare.
Saya juga ke pusat riset jagung dan kedelai di Purdue University. Bertemu Prof Yang Yang. Orang Amerika. Asal Wuhan.
Di sana kedelai bisa 3,7 ton per hektare karena matahari bersinar lebih panjang dari di Indonesia. Bisa selisih empat jam. Tapi hanya sekali panen setahun. Kita memang bisa dua kali panen –tetap saja 0,6 x 2 = 1,2 ton/hektare.
Petani kedelai –juga jagung– di Amerika begitu mandirinya. Mereka seperti memegang teguh prinsip ini: "Tidak akan ada orang lain yang membantu kita kecuali kita sendiri".(Dahlan Iskan)