Kedelai Gajah

Dahlan iskan-Photo: istimewa-Gus munir

Oleh: Dahlan Iskan

SAYA ke sawah pekan lalu. Ke rumah seorang petani di dekat Greensburg. Satu jam dari Indianapolis –sehari sebelum nonton balap mobil Indy500.

Dari Greensburg pun, untuk ke ''desa'' itu, harus bermobil. Melewati jalan-jalan aspal yang membelah sawah yang luas.

Di kejauhan sana, di tengah sawah sana, terlihatlah segerumbul pepohonan. Gerumbulan pohon itulah yang saya sebut satu ''desa''. Saya beri nama Desa Charles.

Satu ''desa'' itu isinya dua atau tiga bangunan saja. Milik satu orang. Charles.

BACA JUGA:Indonesia U-17 Satu Grup dengan Juara Dunia Brasil

BACA JUGA:Kapten Timnas Indonesia Jay Idzes Masuk Daftar 100 Pemain Terbaik Serie A

Bangunan pertama rumah tinggal. Satunya lagi bengkel mekanik. Yang ketiga unit pengolah hasil pertanian.

Di ''Desa Charles'' hanya keluarga Charles yang tinggal. Dengan istri dan Adams, anak laki-lakinya yang baru lulus SMA. Di seputar ''desa'' itu hanya ada hamparan sawah nan luas.

Dari jauh gerumbulan pohon itu seperti sebuah pedukuhan yang amat kecil. Setelah tiba di situ terlihat luas. Rumah tinggalnya, dua lantai. Halamannya luas –ditanami bebungaan dan tanaman hias.

Di sudut halaman sana, ada bangunan processing kedelai. kedelai dijadikan minyak –dijual ke pabrik minyak goreng untuk dimurnikan. Atau jadi biodiesel.

BACA JUGA:10 Jenis Gaun Wajib Punya agar Tampil Anggun di Segala Acara

BACA JUGA:7 Penyebab Utama Cukup Tidur Tapi Masih Ngantuk

Saya masuk ke unit processing itu. Mesinnya sederhana sekali: mesin press kedelai biasa. Seperti rakitan mereka sendiri.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan