Agomo Budoyo

Dahlan Iskan dan Kirun di depan tobong di Padepokan Seni Kirun di Madiun. (Dahlan Iskan dan Kirun di depan tobong di Padepokan Seni Kirun di Madiun. -Foto: Tomy Gutomo-Harian Disway-Gus munir
"Saya tetap pelawak," jawabnya.
"Kan sering juga ceramah agama".
"Itu salahnya yang mengundang".
Saya tidak memberi tahu kalau akan mampir ke rumahnya. Selama ini saya hanya merasa tidak reciprocal –meminjam istilah tarif impornya Donald Trump. Kirun sudah beberapa kali ke rumah saya. Saya harus melakukan tit for tat.
BACA JUGA:Harga Emas Melonjak Naik
BACA JUGA:Targetkan 1,2 Juta Ton GKG
Kalau pun pagi itu Kirun tidak ada di rumah juga tidak apa-apa. Tujuan utamanya kan silaturahmi. Tujuan lainnya hanya sampingan: membicarakan skenario ketoprak-tokoh untuk ulang tahun Harian Disway Surabaya yang akan datang.
Rumah Kirun di pinggir jalan raya jurusan alternatif Balerejo-Ngawi. Tidak perlu salah masuk. Banyak karangan bunga di halamannya: Selamat HUT ke-41 Padepokan Seni Kirun (Padski). Salah satu pengirimnya tetangganya sendiri: Jenderal Yudo Margono.
Pak Yudo, kalau lagi pulang kampung, sering naik sepeda motor ke rumah Kirun. Ngobrol soal kesenian Jawa. Waktu menjabat Panglima TNI Yudo begitu sering menanggap wayang kulit.
Mungkin Yudo adalah juara penyelenggara pertunjukan wayang kulit –sekaligus juara menontonnya sampai pagi.
BACA JUGA:PT SMS Nihil PAD untuk Sumsel
BACA JUGA:Mayat Wanita Lansia Ditemukan di Kebun Karet
"Itu. Pak Kirun ada," ujar Tomy Gutomo, dirut Harian Disway yang bersama saya.
Ia lagi rebahan di kursi panjang kayu jati: tidak melihat kami datang. Mobil listrik memang tanpa suara. Kami pun mendekat ke kursinya. Lhadalah.... Kirun kaget.
Kami ngobrol di situ. Di ruang terbuka antara rumahnya dan tobongnya. Rumah itu besar sekali. Bagian depannya sebuah joglo Jawa yang besar. Joglo bintang empat. Terasa seperti joglo mewah. Dengan perabotan yang juga berkelas. Kelihatannya sering ada acara besar di joglo itu, termasuk kawinan.