Gemerlap Danantara

Gemerlap kilang minyak milik Pertamina. -Foto: Disway-Gus munir
Pulau ini tidak berpenduduk. Hanya petugas TNI-AL yang ada di sana. Luasnya berubah-ubah: kalau laut lagi surut bisa 6 km2. Lebarnya sekitar 2 km, panjangnya 3 km. Tapi kalau laut lagi pasang, luas daratannya tinggal 3 km.
Tentu cukup untuk membangun tangki-tangki minyak mentah. Lalu dihubungkan dengan pipa bawah laut. Dari sini minyak mentah dialirkan ke kilang di Pulau Pemping.
Siapa tahu luas pulau Senipah bisa dipermanenkan: saat pasang pun bisa tetap 6 km2. Caranya: ikut cara Singapura. Pantai dangkalnya direklamasi.
BACA JUGA:Operasi Ketupat 2025 Mulai 23 Maret
BACA JUGA:Presiden Prabowo Resmikan Pabrik Pemurnian Emas Freeport
Dari mana dana pembangunan kilang baru itu? Bukankah diperlukan dana lebih Rp 100 triliun?
Yang saya baca dari media: Danantara yang akan mendanainya.
Soal dana ini saya pun ingat: pernah terlibat dalam rapat kecil pembangunan kilang besar. Hanya sebagai figuran. Fungsi saya tidak lebih dari "orang yang harus hadir".
Proyek itu dibahas sangat detil. Kesulitan terbesar adalah dari mana dapat uang begitu untuk membangunnya.
BACA JUGA:Belum Ada Rencana Reshuffle
BACA JUGA:15 Model Gamis yang Bikin Tampak Langsing, Elegan & Stylish
Keuangan Pertamina pasti tidak mampu. APBN tidak bisa mengalokasikan proyek sebesar itu. Kalah prioritas dengan kebutuhan lain.
Kadang soal prioritas itu seperti paradoks: toh banyak proyek lain yang kurang tepat. Yang hanya membuat ICOR kita tidak baik. Kalau saja bisa dilakukan penghematan di banyak kementerian uang sebesar itu kecil. Apalagi kalau dilihat dari angka korupsi.
Sejak awal kecenderungannya memang harus pakai dana investor. APBN harus lebih fokus untuk rakyat. Tapi mencari investor tidak mudah. Bukan soal besarnya biaya tapi tipisnya margin yang didapat. IRR kilang itu, kesimpulan rapat tersebut, sangat rendah. Hanya enam. Investor baru tertarik kalau IRR-nya 12. Setidaknya 10. Kalau IRR-6 mending Anda taruh uang di saham atau di deposito.
Tentu Danantara tahu itu. Ia tahu kini harus memasuki bisnis dengan risiko tinggi yang IRR-nya rendah. Tapi dengan mendanai proyek ini hasilnya nyata: Presiden Prabowo bisa memenuhi program utamanya di bidang ketahanan energi. Indonesia langsung bisa swasembada BBM --enam tahun lagi. Apalagi kalau pemakaian BBM terus menurun oleh maraknya mobil listrik.