Kompor Bahlil

Bahlil rupanya punya bakat terpendam: menjadikan dirinya terkenal. Ucapan-ucapannya enak dikutip oleh media –quotable-Photo: istimewa-Gus munir

"Sebenarnya saya ini rugi. Antre empat jam kalau untuk jualan sudah dapat uang berapa. Belum lagi ke sininya juga harus buang bensin."

Caci maki pun disemprotkan ke Bahlil. Juga ke pemerintah. Meme yang sangat menyakitkan bertebaran di medsos.

Bahlil menerima itu sebagai tanggung jawab. Ia seperti sempat bersumbu pendek saat Dasco bikin pernyataan dari kursinya sebagai wakil ketua DPR.

"Soal elpiji 3 kg ini bukan kebijakan Presiden Prabowo," ujar Dasco.

Bahlil sendiri merasa langkahnya itu sebagai pelaksanaan dari kebijakan presiden. "Tapi ya sudahlah. Tidak perlu mencari siapa yang salah. Ini tanggung jawab saya," kata Bahlil.

BACA JUGA:Kecelakaan Gerbang Tol Ciawi, Polisi Identifikasi Data Korban

BACA JUGA:Kadin Sebut Izin Pengecer Gas Elpiji Dikembalikan Keputusan Bijak

Heboh di masyarakat tak tertahankan lagi. Presiden Prabowo turun tangan. Pembelian elpiji 3 kg dikembalikan ke cara semula. Tidak usah pakai KTP. Pengecer juga diizinkan kembali jual si melon.

Secara tidak langsung heboh elpiji 3 kg ini ada juga dampak baiknya: orang kembali sadar bahwa sebenarnya hanya orang miskin yang berhak dapat subsidi dari negara.

Elpiji melon hanya untuk orang miskin. Bukan untuk Anda. Juga bukan untuk orang yang sudah punya usaha.

Masalahnya: cara. Keputusan Bahlil ini dianggap bahlul: terlalu mendadak. Tidak pakai transisi. Tidak bertahap.

BACA JUGA:Sumsel Masuki Puncak Musim Hujan

BACA JUGA:Jamin Kepastian Hukum Hak Tanah

Cara beli harus pakai KTP hanya akan menambah keruwetan. Menambah kesulitan. Bukankah tidak ada jenis KTP khusus orang mampu dan KTP khusus untuk orang miskin.

Pemakaian KTP untuk beli si melon pastilah cara asal-asalan. Sama juga dengan ide tabung gas diberi warna. Merah untuk orang miskin, hijau untuk yang tidak miskin. Cara ini terbukti gagal total saat pupuk bersubsidi diberi warna pink.

Tag
Share