Tiga Serangkai

Alwi Hamu saat menggantikan Dahlan Iskan sebagai Ketua SPS Pusat periode 2014-2019. -Foto: Disway-Gus munir

Ia menerbitkan koran mahasiswa.

Kalau aktivis di Jakarta menerbitkan Harian Kami (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia), di Makassar Alwi menerbitkan Harian Kami Makassar.

Jadilah Alwi wartawan aktivis. Sampai pernah ditahan polisi. Tapi ia tidak pernah mau berhenti demo. Sampai pun ia tidak bisa lulus kuliah.

Harian Kami Jakarta didirikan oleh tokoh aktivis seperti Nono Anwar Makarim, ayahanda mantan Mendikbud Mas Menteri Nadiem Makarim.

Di Makassar oleh Alwi. Di Surabaya oleh Agil Haji Ali.

BACA JUGA:Shawn Mendes Kejutkan Fans, Hadiri Salat Jumat di Masjid

BACA JUGA:Penyelundupan Sabu dengan Berat 1,1 Gram digagalkan Bea Cukai

Koran aktivis mahasiswa serupa juga terbit di Banjarmasin, Yogyakarta, dan Bandung.

Kian tahun perusahaan pak JK terus berkembang. Pun perusahaan milik Aksa Mahmud.

Alwi juga punya banyak perusahaan. Tapi perusahaan korannya mati. Orde Baru sudah mulai stabil. Berita koran yang 'panas-panas' sudah kurang laku.

Alwi mencoba menghidupkan korannya dengan nama baru: Harian Fajar. Mati lagi. Tidak hanya mati satu kali tapi tidak mati mati.

BACA JUGA:Turis Kena Begal, Lapor Polis Malah Dimintai Rp200 Ribu

BACA JUGA:Menteri ATR Nusron Ditunjuk Presiden Sebagai Wakil Ketua Satgas Hilirisasi Energi Nasional

Akhirnya Alwi menemui saya di Surabaya. Ia minta agar Fajar bergabung ke grup Jawa Pos yang saya pimpin.

Saya tidak mau. Saya pilih akan membantu manajemennya saja. Agar Fajar tetap jadi koran independen --tanpa harus Jawa Pos punya saham di dalamnya.

Tag
Share