Dansa 90

Dahlan Iskan bersama Kwik Kian Gie yang kini sudah berusia 90 tahun.-Foto: Disway-Gus munir

Di Surabaya ia tidak mendapatkan SMA yang cocok. Maka ia mengajak satu yayasan Tionghoa untuk mendirikan SMA baru. Ia cari guru-guru terbaik. Sekolah itu diberi nama SMA Erlangga. Di Kaliasin.

Kwik menjadi siswa SMA kelas tiga di situ. Sekaligus pengurusnya. "Tiap bulan saya yang memikirkan gaji gurunya," katanya tergelak-gelak.

Tamat SMA, Kwik ke Jakarta. Kuliah di Universitas Indonesia. Tiga bulan di UI ia ke Belanda. Kakaknya sekolah di sana. Si kakak lagi sakit. Kwik harus menemani di RS selama sembilan bulan –sampai si kakak meninggal dunia.

Selama menunggu kakak itulah Kwik ditanya mau kuliah di mana.

"Cita-cita saya kuliah di London School of Economic. Di Inggris," jawabnya.

BACA JUGA:Vinicius Junior Diincar Klub Liga Pro Saudi, Madrid Santai

BACA JUGA:Ronaldo Makin Dekat dengan 1000 Gol

"Mau ambil jurusan apa?” tanya si kakak.

"Ambil ilmu politik," jawabnya.

"Mengapa?”

"Mau terjun ke pemerintahan ikut mengatur negara," jawabnya.

"Mengatur negara itu jangan lewat ilmu politik. Harus lewat ekonomi," ujar sang kakak. Lalu dijelaskanlah soal bagaimana hubungan ekonomi dan kemajuan negara.

Sejak itu Kwik berubah pikiran. Ia lantas kuliah ekonomi. Di Rotterdam. Yakni di almamater yang sama dengan ayah Prabowo Subianto, Prof Dr Soemitro Djojohadikoesumo –kelak jadi begawan ekonomi dan tokoh pemberontakan PRRI.

Di kampus itu pula Radius Prawiro kuliah –kelak jadi menteri keuangan di zaman Pak Harto. Di situ pula Bung Hatta –proklamator kemerdekaan bersama Bung Karno. Juga Ferry Sonneville, juara dunia bulu tangkis dan pengusaha besar.

BACA JUGA:Tips Padu-Padan Baju Hijau Agar Tampil Kece dengan Warna yang Pas

Tag
Share