Mampir Guyon
Dahlan Iskan bareng Wahyu Kokkang. -Foto: Disway-Gus munir
"Untuk sebuah buku digital harga Rp 50.000 terlalu mahal," kata saya. "Kan tidak perlu biaya cetak".
Biarlah mahal. Untuk pembaca yang mampu. Tapi, kata saya pada Kokkang, kapan-kapan harus diturunkan setengahnya.
Buku yang ditulis Kokkang itu terlalu baik kalau hanya sedikit yang membaca.
BACA JUGA:Dirjen PTPP Ungkap Tantangan Besar Pelaksanaannya di Indonesia
BACA JUGA:Dishub Tutup Perlintasan Liar demi Keselamatan
Saya berkepentingan kian banyak yang bisa membaca buku itu. Sangat menyentuh: seorang kartunis seperti Kokkang merawat ibunya yang sudah berumur 80 tahun dengan sepenuh hati.
Padahal ibunya sudah mulai pikun. Tidak bisa berdiri. Penglihatan turun. Pun pendengarannya.
Soal pikun itu Kokkang punya pendapat sendiri. Setelah hampir lima tahun merawat ibunda, Kokkang berkesimpulan pikun itu tidak ada. Ia sendiri berhasil membuat ibunya kembali punya ingatan yang cukup baik.
Caranya: sang ibu terus dipancing dengan pertanyaan-pertanyaan yang diberi sedikit kisi-kisi. Dari hari ke hari. Terus dipancing.
BACA JUGA:2 Pelaku Masih Diburu, Ini Kata Polisi!
BACA JUGA:Resep Bakwan Sayur Renyah, Camilan Lezat Cocok untuk Semua Kalangan
Lama-lama Kokkang justru tahu ibunya pernah bertengkar dengan siapa saja. Maka Kokkang mengajak ibunya untuk bertemu orang-orang itu.
Untuk minta maaf. Mau. Termasuk ketika diajak ke adik ipar yang di masa lalu pernah dia damprat. Lalu sang ibu mau minta maaf.
Termasuk soal utang-piutang. Kokkang berhasil memancing ingatan ibunya: punya utang kepada siapa saja. Ternyata sang ibu ingat pernah utang kalung emas ke salah satu keluarga.
Kokkang pun membeli kalung senilai utang itu. Lalu mengajak ibunya untuk menyerahkan kalung itu sebagai pembayaran utang.