Mampir Guyon

Dahlan Iskan bareng Wahyu Kokkang. -Foto: Disway-Gus munir

Oleh: Dahlan Iskan

Kalah cepat. Saya yang berniat ke Kaliwungu, tiba-tiba Kokkang yang muncul di depan pintu. Sabtu sore lalu.

Rupanya tidak hanya saya yang kangen. "Saya juga kangen, Abah," katanya.

Hujan turun dengan lebatnya. Kokkang datang sendirian. Kaliwungu-Mojokerto sekarang memang hanya tiga jam. Lewat tol. Rumah Kokkang di Kaliwungu, dekat Semarang, tidak jauh dari mulut tol.

"Siapa yang jaga ibunda?" tanya saya agak waswas. Kan tidak mungkin ibunda sudah meninggal. Rasanya baru dua hari lalu saya berkomunikasi dengan Kokkang. Tidak ada tanda-tanda ibunya meninggal.

BACA JUGA:Teddy Adhitya Resmi Menikah dengan Jelita Clough

BACA JUGA:Dewi Perssik Bantak Miliki Pacar Brondong

Dua hari lalu? Mungkin tiga hari. Atau empat hari. Saya seperti lupa hari. Istanbul-Singapura-Jakarta-Bandung-Surabaya-Bandung-Surabaya dalam tiga hari membuat saya lupa hari. Hanya Bandung-Surabaya yang terakhir yang pakai kereta api (Turangga Panoramic) –tetap enak meski di malam hari yang gelap.

"Saya minta adik untuk jaga ibu," katanya," kata Kokkang yang punya nama depan Wahyu.

Saya pun lega. Tidak ada masalah dengan ibunya. "Ibu kian baik meski tetap tidak bisa berdiri," ujar Kokkang.

Kami pun bicara soal bukunya yang baru terbit. Kapan terbitnya?

BACA JUGA:Minta KPK Pantau Calon Petahana di Daerah Lain

BACA JUGA:Bulog Masih Akan di Bawah Kementerian BUMN Hingga Tahun 2025

"Ya setelah diulas di Disway. Banyak permintaan. Lalu saya terbitkan dalam bentuk buku digital," katanya. Harganya Rp 50.000 per buku.

Tag
Share