Mau Berubah?

Penyelenggara acara itu Mahkamah Agung. Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum.-Photo: istimewa-Gus munir

Seorang hakim senior angkat bicara. Namanya: Iwan Anggoro Warsita SH MHum. Ia kini menjabat Ketua PN Blitar. Iwan juga produktif dalam menulis buku. Sudah banyak buku hukum ia terbitkan.

Iwan Anggoro menceritakan pengalamannya yang sangat menarik. Yakni saat menjadi hakim di daerah kepulauan terpencil. Jarak antar pulaunya bisa dua tiga hari naik perahu.

Salah satunya saat ia ditugaskan menyidangkan perkara di Saumlaki, Maluku Tenggara. Lokasinya sudah lebih dekat ke Dili, Timor Leste.

BACA JUGA:Jaga Tubuh Tetap Bagus di Atas Panggung, Sisca Saras Rutin Berolahraga

BACA JUGA:Berhijrah, Mega Aulia Tolak Sinetron yang Dibintanginya Ditayangkan Kembali

Untuk ke sana perlu biaya perjalanan dinas. Anggaran tidak besar. Maka perjalanan dinas itu dibatasi: hanya tiga hari. Lebih dari itu harus biaya sendiri.

Tentu hakim tidak mau bertugas pakai uang sendiri. Maka dalam tiga hari puluhan perkara bisa diselesaikan.

"Keterbatasan biaya perjalanan dinas ternyata bisa membuat perkara cepat diputuskan," katanya. Seluruh ruangan tertawa riuh.

Iwan menyimpulkan satu perkara sebenarnya bisa ditangani dengan cepat. Yang penting ada dua alat bukti. "Hakim kan punya senjata ini," katanya sambil menuding dada. "Senjata keyakinan."

BACA JUGA:Kalahkan Unggulan Pertama, Jonatan Christie Melaju ke Final China Masters 2024

BACA JUGA:Mees Hilgers Banyak Menerima Tawaran Klub Italia dan Spanyol

Anda sudah tahu: hakim memang boleh membuat putusan berdasar keyakinannya/nyi –setelah melihat kekuatan dua alat bukti.

"Apakah cara di kepulauan itu bisa diterapkan di kota besar?” tanya saya.

"Bisa!” jawabnya mantap –semantap rasa ikan bakar di Saumlaki.

"Kan situasinya berbeda?” tukas saya.

Tag
Share