Oleh: Dahlan Iskan
Jabatan boleh setinggi layang-layang putus. Nama boleh sebesar bola dunia. Tapi yang paling berkuasa tetaplah yang memegang uang. Apalagi kalau si pemegang dana sekaligus yang berwenang mengeluarkan uang.
Pun ketika saya menjabat CEO Jawa Pos Group duluuuu. Yang paling berkuasa tetaplah direktur keuangan.
Saya boleh punya inovasi sebanyak bintang di langit. Tapi program itu tidak bisa jalan kalau uangnya tidak bisa cair. Atau cairnya pakai gaya hemat seorang yang punya sikap keuangan seperti dirinyi.
Apalagi secara pribadi saya memang punya tekad tidak mau menangani urusan uang. Biarlah uang di tangan orang yang punya sikap keuangan.
BACA JUGA:Muchendi Janji Sediakan Sekolah Gratis Serta Layanan BPJS Tanpa Biaya
BACA JUGA:Optimalkan Program, Minta Sinergi DPRD dan Pemerintah Daerah
Saya membedakan antara orang yang punya 'sikap keuangan' dan orang yang 'ahli keuangan'.
Seorang 'ahli keuangan' belum tentu punya 'sikap keuangan'. Begitu pula sebaliknya. Tapi ada juga orang yang ahli keuangan sekaligus punya sikap keuangan.
Tidak banyak.
Dr Sri Mulyani kelihatannya termasuk yang tidak banyak itu. Maka Presiden Prabowo tetap memintanyi untuk menjadi menteri keuangan.
Seandainya saya dihadapkan hanya dua pilihan --'ahli keuangan' dan 'sikap keuangan'-- orang seperti saya akan memilih yang punya sikap keuangan.
BACA JUGA:Hindari Politik Uang dan Kampanye Hitam
BACA JUGA:Razia Gabungan Target Pengguna Motor Dimulai
Dia/ia tidak ahli keuangan tapi cerewet soal keuangan. Pelit. Suka nguber kas bon yang belum dibereskan. Punya tim penagih utang yang sama kuat dengan tim marketing.