Semula saya mengira menteri keuangan dijabat Budi Sadikin. Darah baru. Pintar cari solusi. Termasuk saat Freeport harus diambil alih. Ia yang mencari skema pendanaannya.
Mungkin terlalu berisiko mengangkat orang baru. Apalagi ada pihak di Amerika yang kurang senang dengan pengambilalihan Freeport.
BACA JUGA:BRI SAPA Gencar Edukasi Cashless
BACA JUGA:Dengan Brimo Mudahkan Transaksi, Pembayaran Tiket Hingga Top Up E Wallet
Pilihan pun kembali ke Sri Mulyani –sahabat Amerika.
Saya pun kaget: kok beliau masih mau menjadi menkeu lagi. Sama sekali tidak menyangka beliau masih mau.
Mungkin Prabowo pandai ''merayu''. Demi bangsa dan negara. Demi stabilitas. Terutama jangan sampai di awal masa jabatan sudah terjadi guncangan.
Sebenarnya sulit mencari pembenaran teoritisnya. Saya hubungi ahli-ahli ekonomi. Tidak satu pun yang menemukan teorinya: mengapa tidak dipisahkan.
BACA JUGA:Pempek Cek IDA26, Sudah 10 Tahun Bermitra Dengan Bank BRI
BACA JUGA:BRI Mobile, Ini Fitur dan Kelebihannya
"Saya pun sudah begitu yakin kali ini akan benar-benar dipisah," ujar Prof Dr Didik J. Rachbini. "Ternyata tidak jadi juga," tambahnya.
Prof Rachbini menduga batalnya rencana itu semata faktor Sri Mulyani. Bisa jadi Sri Mulyani mau menjadi menkeu dengan syarat itu: tetap satu.
Ide awal Prabowo itu datang dari tim ahli ekonominya. Ketuanya: Buhanuddin Abdullah –mantan gubernur Bank Indonesia. Dengan Kemenkeu dipisah, pendapatan negara bisa naik. Sampai 23 persen.
Alasan lain: tanpa perubahan, pendapatan negara akan begitu-begitu saja. Rasio pajak tidak akan pernah melewati angka 12 persen. Padahal idealnya harus sudah 15 persen.
BACA JUGA:Bentuk Dukungan Penuh BRI ke Liga 1
BACA JUGA:Cegah Rabies, Imbau Agar Anjing Divaksinasi