PALEMBANG - Penyakit ginjal kronis sering kali tidak menunjukkan gejala pada tahap awal. Sebagian besar pasien baru merasakan keluhan terkait ginjal ketika penyakit sudah mencapai stadium lanjut.
Oleh karena itu, deteksi dini sangat penting untuk mendeteksi penyakit ginjal sebelum berkembang menjadi gangguan ginjal kronis.
Hal ini disampaikan oleh Dr. dr. Zulkhair Ali, SpPD KGH FINASIM, seorang Dokter Spesialis Penyakit Dalam Subspesialistik Ginjal Hipertensi, yang juga menjabat sebagai Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Palembang.
Menurutnya, gagal ginjal terjadi ketika fungsi ginjal memburuk, ukurannya mengecil dan menjadi kaku, serta aliran darah di ginjal berkurang.
BACA JUGA:Paslon RD-PS Masih Unggul Jauh dari Pesaingnya di Pilkada Palembang
BACA JUGA:PLN Mobile, SuperApp Andalan dengan Layanan Termurah dan Teraman untuk Pelanggan
“Ginjal yang tidak berfungsi dengan baik tidak bisa melakukan detoksifikasi, sehingga menyebabkan peningkatan kadar kreatinin dan nitrogen urea yang berpotensi menimbulkan penyakit serius. Jika gagal ginjal tidak segera diobati dengan cara yang tepat, kondisi ini bisa membahayakan nyawa,” jelasnya.
Dijelaskan lebih lanjut, penyebab utama dari gagal ginjal meliputi tekanan darah tinggi, hiperglikemia, serta tingginya kadar asam urat dalam waktu yang lama.
Faktor-faktor lain seperti nefritis akut dan kronis, batu ginjal, serta obat-obatan tertentu yang merusak ginjal juga dapat menyebabkan gagal ginjal.
Tanda-tanda klinis gagal ginjal meliputi mual, muntah, hilangnya nafsu makan, mudah marah, bau mulut, kulit kering, gatal.
BACA JUGA:Tes SKD untuk Calon CPNS Pemprov Sumsel Digelar Akhir Oktober
BACA JUGA:Rahasia Kecantikan,Cara Mudah Merawat Kulit Wajah di Rumah
Kemudian, edema berat, perut membesar, sulit buang air kecil, anuria, oliguria, kelelahan, sesak napas, dan gejala lainnya.
"Saat ini, ada dua metode pengobatan untuk gagal ginjal, yaitu transplantasi ginjal dan hemodialisis (cuci darah)," terangnya.
Namun, transplantasi ginjal tergolong mahal dan sulit untuk menemukan donor ginjal yang cocok. "Setelah transplantasi pun, masih ada risiko terjadinya gagal ginjal kembali, terutama jika pasien tidak disiplin menjaga pola makan dan gaya hidup," tambahnya.