Sedih Tidak

Minggu 13 Oct 2024 - 22:13 WIB
Reporter : Gus Munir
Editor : Eris Munandar

BACA JUGA:Tips Membuat Cat Luar Rumah Lebih Awet Dan Terlihat Menarik

BACA JUGA:Manfaat dan khasiat timun yang dapat membantu perokok

Di Jakarta Ahmadie kenal dengan seniman teater Amak Baljun. Diajak masuk Tempo. Satu angkatan dengan Zaim Uchrowi. Saya sudah meninggalkan Tempo saat itu --ditugaskan ke Jawa Pos.

Setelah bertanya ke Chat GPT, Ahmadie ingin tahu lebih banyak kelenteng yang saya datangi. Ia bukan tipe orang yang "lihat sekilas langsung bicara". Ia bukan kompor sumbu pendek.

Hasil penelusurannya itu ia WA-kan ke saya:

"Saya coba telusuri teks yang terpampang di altar itu. Saya memperoleh info dari google, bahwa bunyinya adalah �P山�m".

Lalu Ahmadie pergi ke Chat GPT lagi. Ini penjelasan ChatGPT:

BACA JUGA:Tesla Cybercab & Robovan, Taksi dan Van Masa Depan Hadir di Lot Warner Bros

BACA JUGA:Sedotan Kertas dan Bambu Diduga Lebih Banyak Mengandung Zat Kimia Berbahaya

Teks "�P山�m" (dibaca: Fèngshān Gōng) merujuk pada sebuah kuil aslinya di Taiwan yang didedikasikan untuk Dewa Mazu, dewi laut dalam kepercayaan orang Tionghoa.

Secara harfiah, "�P" berarti "phoenix," "山" berarti "gunung," dan "�m" berarti "kuil" atau "istana."

Jadi, secara keseluruhan, "�P山�m" bisa diartikan sebagai "Kuil Gunung Phoenix".

Kuil ini terkenal sebagai tempat ibadah bagi umat Taoisme yang memuja Mazu sebagai pelindung para pelaut dan nelayan.

Kuil-kuil dengan nama yang sama juga bisa ditemukan di beberapa daerah lainnya di Taiwan, Tiongkok, dan negara Asia lainnya termasuk Indonesia. Itu menunjukkan betapa pentingnya penghormatan kepada Mazu dalam kebudayaan masyarakat pesisir.

BACA JUGA:Optimus, Robot Humanoid Tesla yang Siap Mengubah Cara Kita Hidup

BACA JUGA:Palletrone, Kereta Belanja Terbang yang Mengatasi Kemacetan Kota

Kategori :