BACA JUGA:KPU OKU Selatan Tetapkan 4 Pasangan Calon Bupati/Wakil Bupati di Pilkada 2024
Setiap pasien duduk di sofa untuk diinfus. Nano bubble berisi oksigen ukuran 70 nano meter.
Dengan ukuran segitu oksigen bisa langsung masuk ke sel tanpa mengikuti hukum Newton.
Dengan demikian sel bisa mendapat pasok oksigen tanpa melalui jalur logistik tradisional: hidung, paru dan saluran darah.
Dari ruang infus saya melihat ruang-ruang balur. Satu ruang berisi satu tempat tidur. Bentuknya seperti tempat tidur biasa tapi alas tempat tidur itu berupa lembaran tembaga.
Lembaran tembaga itu di-grounding-kan ke tanah. Fungsi tembaga itu untuk mengurangi elektron dalam tubuh yang berlebih atau menambah kekurangan elektron.
BACA JUGA:Dapat Nomor Urut 4, Abusama-Misnadi Siap Wujudkan OKU Selatan Maju
BACA JUGA:Pemkab OKU Selatan Fokus Kendalikan Inflasi, Tekankan 6 Langkah Konkret
"Lapisan tembaga itu sebenarnya akan lebih baik kalau berupa lembaran emas 24 karat," ujar Prof Sutiman. "Belum punya uang untuk beli emas selebar tempat tidur," tambahnya.
Mengikuti cara berpikir Prof Sutiman saya jadi bertanya-tanya mengapa IQ orang Indonesia dibilang rendah.
Jumlah masjid terbanyak ada di Indonesia. Patung Yesus tertinggi di dunia juga di Indonesia. Maka saya marah ketika melihat di TikTok ada yang membeberkan IQ terendah se Asia Tenggara ada di Indonesia. Marahnya dalam hati: belum tentu isi TikTok itu salah.
Mungkin IQ rendah tidak masalah asal indeks hidup paling bahagia ada di Indonesia.
BACA JUGA:KPU Gelar Pengundian Nomor Urut Calon Bupati dan Wakil Bupati OKU Selatan 2024
BACA JUGA:Ratusan Personel Dikerahkan Amankan Penetapan Nomor Urut Paslon
IQ tidak tinggi tapi bahagia. Miskin tapi bahagia. Tidak mau bertanya tapi bahagia. Sayangnya indeks kebahagiaan juga tidak tinggi di Indonesia.
Mungkin sudah waktunya ada gerakan mahasiswa bertanya. Yang memprakarsai haruslah dosennya: jangan mau mulai mengajar kalau belum ada yang bertanya. Atau jatah makan siang gratis diberikan hanya kepada mahasiswa yang berani bertanya.