Menurut Arif, restrukturisasi BUMN gula sangat berhasil. Sebanyak 36 pabrik gula kini berada di satu perusahaan –anak usaha holding PTPN III. Dengan demikian tidak ada lagi persaingan tidak sehat antar sesama pabrik gula. Misalnya: rebutan tebu. tebu rakyat di dekat pabrik gula A tidak lagi bisa dikirim ke pabrik gula G yang jauh.
Sejak pabrik gula BUMN disatukan di bawah satu perusahaan, dilakukanlah rayonisasi. Tebu dari kebun dekat pabrik A harus digiling di pabrik A.
BACA JUGA:Dikalahkan Tim Promosi, Sriwijaya FC Jalani Start Buruk di Liga 2
BACA JUGA:Shin Tae-yong Siap Timnas Indonesia Jadi Kuda Hitam
Arif memang pernah menjadi komisaris di salah satu perusahaan BUMN bidang gula. Rupanya ia terus mengamati apa yang terjadi. Lahirlah disertasi ini: Arif memperoleh predikat cumlaude.
Saat diminta bicara, saya bertanya pada promovendus: setelah jadi doktor akan ke mana, kerja apa.
Saya memang pernah punya kesimpulan: masa depan terbaik wartawan adalah menjadi dosen. Dosen yang ilmunya banyak.
Saya pernah mendorong wartawan untuk jadi pebisnis. Banyak gagal. Wartawan itu punya jiwa mudah terharu. Pebisnis tidak boleh mudah terharu.
BACA JUGA:Densus 88 Sebut 7 Orang Dibekuk Aksi Teror Melalui Sosmed
BACA JUGA:Kemenkes Periksa 3 Suspek Baru Mpox
Saya juga sering mendorong wartawan jadi politisi. Banyak juga yang gagal: wartawan terlalu sering memakai hati nurani. Jadi politisi tidak perlu punya hati nurani.
Saya berpendapat, saat itu, seseorang yang sudah 10 tahun jadi wartawan sebaiknya kuliah lagi mengambil S2. Dengan biaya sendiri. Kalau berhasil lulus semua biaya S2 diganti Jawa Pos.
Dengan gelar S2 mereka bisa jadi dosen. Apalagi S3. Tidak perlu lagi harus habis-habisan banting tulang di lapangan. Akan kalah dengan wartawan yang muda-muda.
Saya tidak tahu apakah kebijakan S2 dapat uang pengganti dari perusahaan itu masih berlaku sampai sekarang.
Kelihatannya, setelah jadi doktor pun Arif belum tertarik menjadi dosen. Tapi dengan gelar itu Arif sebenarnya bisa diperebutkan universitas swasta. Ia bisa memperbaiki ratio antara mahasiswa-dosen di universitas swasta.
BACA JUGA:Belajar dari Pengalaman, Kunci Bertahan dan Berkembang di Masa Sulit